Keraton Kacirebonan Bangunan Bersejarah Yang Megah di Kota Cirebon

ilustrasi:pinteres.com
ilustrasi:pinteres.com
0 Komentar

RADARCIREBON.TV Keraton Kacirebonan adalah salah satu bangunan bersejarah yang ada di Cirebon. Tempat ini jadi destinasi wisata yang menarik untuk disambangi untuk lebih mengenal sejarah sekaligus budaya bangsa.

Dikutip dari situs resmi cirebonkota.go.id, Cirebon ini memiliki beberapa keraton lainnya yang merupakan peninggalan dari Kerajaan Cirebon. Beberapa keraton tersebut adalah Keraton Kasepuhan dan Kanoman.

Sejarah

Tahun 1794, Belanda datang ke Cirebon dengan maksud ingin menguasai kota udang ini. Belanda mulai berniaga dan menjalin hubungan bilateral dengan Kesultanan Kanoman.

Baca Juga:Sejarah Keraton Kasepuhan Cirebon Beserta Peninggalan BerharganyaManfaat dan Tips Agar UMKM Semakin Berkembang Pesat dan Mudah

“Yang dipilih Keraton Kanoman karena kedua kesultanan di Cirebon ini sedang pasang surut pamornya dan Kanoman lebih kuat. Maka Belanda memilih Kanoman sebagai mitra bisnis,” kata Rudi, seorang pemandu wisata di sana.

Tidak berlangsung lama, hubungan bilateral ini mengalami gesekan yang mengakibatkan pecahnya perang Cirebon yang terjadi pada akhir 1794 hingga 1818. Perang Cirebon ini berlangsung dua kali.

Perang yang pertama, Kesultanan Cirebon dipimpin oleh Pangeran Suryanegara, bergelar Raja Kanoman, yang merupakan putra mahkota Sultan Kanoman keempat.

Tahun 1796, Belanda belum bisa menguasai Cirebon. Maka diubahlah strategi dari jalur peperangan menjadi jalur perundingan. Beberapa tokoh penting yang terlibat dalam perang Cirebon ini kemudian diundang.

“Kesultanan Kanoman diwakili Pangeran Suryanegara. Tetapi, Kesultanan Kasepuhan yang ketika itu dipimpin sultan sepuh kelima, Pangeran Saefudin Matangaji, tidak hadir. Beliau cenderung lebih memilih jalan bersenjata untuk mengusir Belanda dari tanah Cirebon,” terang Rudi.

Pada akhir perundingan, Pangeran Suryanegara ditangkap beserta pengikut-pengikutnya lantaran tidak mau menandatangani proposal perjanjian perdamaian. Alasannya adalah banyak poin dalam proposal tersebut yang akan merugikan rakyat Cirebon.

Pangeran Suryanegara lalu dibuang ke Batavia. Masih tahun 1796, beliau diasingkan kemudian Ambon dan dipenjara di Benteng Viktoria.

Baca Juga:4 Cara Daftar UMKM Online Praktis dan Mudah7 Destinasi Wisata Cirebon Yang Hits dan Viral Cocok Saat Liburan

Mengubah strategi

Tahun 1797, sultan anom keempat, Pangeran Muhammad Khaeruddin, yang ketika peperangan berlangsung memang sudah lanjut usia dan sakit hingga wafat.

Seharusnya, Pangeran Suryanegaralah yang menjadi Sultan Kanoman kelima, tetapi karena berada di pengasingan maka jatuh pilihan ke beberapa putranya. Belanda saat itu masuk dan mendukung Pangeran Surantaka atau Pangeran Imamudin Abdul Sholeh karena dianggap lebih kooperatif. Pangeran Surantaka memang lebih bersikap kooperatif dengan Belanda.

“Pangeran Surantaka kooperatif karena memang Cirebon sudah sekian tahun berperang dengan Belanda. Kalau dipaksakan terus, Cirebon akan lemah dan dikuasai. Maka jalan satu-satunya adalah berbaik-baik dulu dengan Belanda,” ujarnya.

Tahun 1799 pecahlah perang Cirebon yang kedua, yang disebut perang santri karena kalangan kiai dan santri dimotori oleh sultan sepuh kelima Pangeran Saefudin Matangaji menggempur Belanda. Herman Willem Daendels, yang pada tahun 1806 menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda akhirnya memulangkan Pangeran Suryanegara ke Cirebon.

Sepulangnya dari pengasingan, Pangeran Suryanegara tidak kembali ke Karton Kanoman tetapi memilih tinggal di daerah Sunyaragi dan berganti nama menjadi Pangeran Carbon Amirul Mukminin. Akhirnya didirikanlah Keraton Kacirebonan dan beliau wafat pada tahun 1814.

Sumber Artikel berjudul ” Keraton Kacirebonan, Saksi Bisu Peperangan dengan Belanda “, selengkapnya dengan link: https://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/pr-01293948/keraton-kacirebonan-saksi-bisu-peperangan-dengan-belanda-420120?page=2

0 Komentar