Kuda Bima

Kuda Bima
0 Komentar

Mete memang tumbuhan alam. Tidak d!tanam secara khusus. Tidak ada yang berkebun mete sekarang ini. Kurang ekonomis. Biaya menanam dan merawatnya besar. Musuhnya bukan hanya babi, juga sapi, dan kambing. Apalagi mete baru berbuah setelah 5 tahun.

Demam jagung awalnya sulit sampai di sini. Penduduk percaya jagung sulit tumbuh: “tanah di sini mengandung pasir besi.”

Desa-desa di lereng Timur ini adalah desa transmigrasi: pindahan dari Bima dan Lombok. Masih baru. Angkatan pertamanya tahun 2003.

Baca Juga:Presiden Persebaya: Klub yang Bagus Lakukan Pembinaan ”Dipenalti” TimnasSesal Ibu

Pak Kadus angkatan pertama. Asal Bima. Beliau termasuk yang bertahan di sini. Lebih separo transmigran pergi lagi.

Anggapan ”jagung tidak bisa tumbuh” terbukti salah. Ternyata jagung bisa subur. Dan baik-baik saja. Asal d!jaga. D!beri pupuk. Pak Kadus membuktikannya. Memang harus rajin: termasuk mampu tidak tidur sepanjang malam.

Investor

Ada juga investor yang masuk Tambora sisi timur: tambak udang. Investornya dari Surabaya. Saya mampir ke tambak modern itu. Masih baru. Baru tebar benih yang pertama. Rapi. Indah. Dengan kincir-kincir airnya yang memutar seirama. Ratusan jumlahnya.

Lokasi tambak itu agak ke selatan. Sebenarnya di pantai lebih ke utara juga cocok. Tapi investor takut: begitu banyak jembatan yang putus. Ia seperti cinta seorang jomblo: setiap d!bangun lagi putus lagi. Berkali-kali.

Rupanya aliran air hujan dari gunung tumpah ke timur. Menyebar ke berbagai arah. Membentuk banyak sungai kecil. Perlu banyak jembatan: lebih 20 lokasi.

Investor tambak takut: bagaimana kalau pas panen jembatan-jembatan itu lagi hanyut? Truk besar pun tidak bisa lewat. Udang bisa busuk di perjalanan.

Saya sendiri, hari itu, harus melewati lima jembatan putus. Salah satunya curam. Harus cari jalan memutar: jalan-jalan kampung yang sempit. Berliku-liku. Lalu menyeberangi sungai yang tanpa jembatan di dekat kampung itu.

Baca Juga:New CB150X Sapa Warga Bekasi, Hadir dengan Beragam Promo MenarikSolo Gelar Honda DBL Seri Jateng, Walikota Gibran Puji Prokes

Di lokasi jembatan lainnya kami harus turun dari mobil. Untuk menata batu di tebing sungai. Agar mobil bisa merambat naik keluar dari sungai.

Di jembatan yang lain lagi kami harus d!bantu penduduk setempat: harus pakai cangkul. Kalau gagal, penduduk sudah siapkan tali: mobil akan d!tarik dengan traktor pertanian. Ada juga lokasi yang kami harus menunggu alat berat itu naik dulu dari sungai

0 Komentar