Di antara tempat pesta dan bangunan kelenteng itu ada gundukan tanah. Saya tahu maksud gundukan itu: agar seperti ada gunung di belakang bangunan induk kelenteng. Kawasan ini tanahnya datar. Kelenteng ini di tanah datar.
Padahal bangunan kelenteng –juga rumah orang Tionghoa– sebaiknya memenuhi prinsip ini: “bersandar ke gunung, memandang laut”. Kokoh dan damai. Maka dibuatlah seolah kelenteng ini bersandar ke gunung.
Malam itu terlalu asyik di kelenteng marga Chu ini. Lain kali ingin ke kelenteng marga yang lain. Hari pun kian larut.
Baca Juga:Doa WadasProtes Omicron
Jadwal sepak bola terlewatkan. Besok paginya harus berangkat pagi-pagi ke Jambi – dengan mental baja: siap termehek-mehek 9 jam di jalan. (Dahlan Iskan)
Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.