Dari Anak Lorong ke Raja Lapangan: Kisah Lamine Yamal, Bintang yang Dulu Menatap Langit

Lamine Yamal
Striker Barcelona, Lamine Yamal datang dari keluarga imigran yang akhirnya mewujudkan mimpinya di Barcelona
0 Komentar

La Masia: Dari Bayangan ke Panggung

Keajaiban datang dalam bentuk undangan: La Masia, akademi suci sepak bola Spanyol. Rumah tempat lahirnya para raksasa: Xavi, Iniesta, Messi.

Tapi Lamine datang ke sana bukan sebagai calon legenda. Ia datang sebagai anak asing, kulit gelap, tanpa sponsor, dengan sepatu murah yang sudah sobek di ujungnya. Anak-anak lain punya pelatih pribadi. Lamine punya tekad dan air mata.

Hari-harinya penuh kerja. Ia berlari lebih jauh. Menendang lebih keras. Ia bukan hanya berlatih. Ia berperang — bukan dengan orang lain, tapi dengan rasa takut dalam dirinya. Takut gagal. Takut mengecewakan orang tuanya. Takut bahwa mungkin, bintang-bintang itu akan tetap terlalu jauh. Tapi Tuhan tak pernah tidur.

Debut Sejarah dan Dunia yang Berhenti Sejenak

Baca Juga:Kisah Juan Román Riquelme: Diam yang Berbicara, Seniman Sepak Bola dari Buenos AiresKisah Mike Tyson : Dari Jalanan Brooklyn Hingga Juara Dunia yang Tak Terlupakan

29 April 2023. Dunia sepak bola berhenti sejenak. Di usia 15 tahun, bocah kurus dari lorong sempit itu melangkah ke lapangan megah Camp Nou. Seragam Barcelona membalut tubuhnya seperti jubah ksatria. Kamera menyorot wajahnya. Penonton bertanya: Siapa dia?

Dan dia menjawab bukan dengan kata, tapi dengan aksi. Ia menggiring bola seperti penyair menulis puisi. Setiap langkahnya seperti bait. Setiap umpan seperti rima. Dan ketika bola meluncur ke gawang — dunia tahu: sebuah bintang baru lahir.

Yang dulu menatap bintang… kini menjadi bintang. Bukan Hanya Pemain, Tapi Harapan yang Bernyawa

Kini, Lamine Yamal adalah nama yang dielu-elukan. Golnya ditayangkan jutaan kali. Kontraknya bernilai jutaan euro. Tapi setiap kali ia pulang ke rumah, ia masih duduk di balkon tua itu. Menatap langit yang dulu sama — hanya saja sekarang, dari ketinggian yang berbeda.

“Dulu, aku melihat bintang dan bertanya, kapan giliranku,” katanya pelan. “Sekarang, aku berharap, anak-anak lain yang melihatku bisa berkata: ‘Kalau Lamine bisa, aku juga bisa.’”

Ia tahu, ia bukan sekadar pemain. Ia adalah pesan dari Tuhan bahwa kemiskinan tidak bisa membunuh mimpi, bahwa dari lorong sempit pun bisa lahir bintang paling terang di langit dunia. Dan kini, saat bintang-bintang lain menyinari malam, satu di antaranya bernama: Lamine Yamal.

0 Komentar