Harga BBM dan Impor dari Amerika: Apa Artinya Buat Dompet Kita?

Kilang Minyak
Pemerintah Indonesia berencana mengalihkan impor minyak dari Singapura ke Amerika Serikat.
0 Komentar

Kalau harga jadi lebih murah: Pemerintah bisa mengurangi beban subsidi, dan mungkin harga di SPBU tetap stabil.

Kalau biaya total naik: Bisa jadi harga BBM disesuaikan, atau subsidi ditambah—semuanya tergantung kondisi APBN.

Apa Artinya Buat Dompet Kita?

Buat kamu yang setiap hari pakai motor atau mobil, ini bisa jadi kabar penting. Jika strategi ini sukses dan harga BBM stabil atau turun, tentu anggaran harian lebih ringan. Tapi jika gagal dan membuat biaya lebih besar, bisa-bisa harga BBM naik lagi.

Baca Juga:(Bag II) Runtuhnya Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium)Catatan Sejarah, Runtuhnya Romawi Kekaisaran Terbesar Dalam Sejarah Dunia (Bag 1)

Makanya, kebijakan ini perlu dikawal, dan masyarakat berhak tahu kenapa dan bagaimana kebijakan ini diambil.

Pemerintah sedang berjudi strategi—pindah pemasok minyak ke AS untuk tekan tarif dagang dan cari harga terbaik. Tapi bagi kita rakyat biasa, yang paling penting adalah satu: jangan sampai harga BBM bikin dompet jebol.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia punya jawaban terkait kebijakan tersebut hal ini ia katakan karena alasan kapal Singapura berukuran kecil”

Ya karena kapalnya kecil-kecil.”ujar Bahlil

Singapura, meski tetangga dekat, punya satu kelemahan fatal dalam urusan BBM: kapal pengangkutnya mungil. Sementara Indonesia, sebagai bangsa besar ingin sekali angkut minyak dalam satu tarikan saja.

Maka dermaga dibangun, kapal besar dipersiapkan, dan BBM pun akan mulai datang dari negara yang lebih jauh tapi lebih efisien secara logistik. Timur Tengah? Masuk. Amerika Serikat? Sudah ada perjanjian. Singapura? Pelan-pelan pamit.

Bahlil menyebut harga BBM dari Singapura dan Timur Tengah itu mirip-mirip. Tapi bedanya, dalam hal strategi geopolitik dan geoekonomi, Timur Tengah dan AS memberi kita rasa gengsi yang lebih premium.

Ini bukan soal minyak semata. Ini soal posisi tawar. Kalau harga sama, mengapa tak sekalian membangun jembatan diplomatik yang lebih lebar dan tahan guncangan?

Baca Juga:Dari Anak Lorong ke Raja Lapangan: Kisah Lamine Yamal, Bintang yang Dulu Menatap LangitKisah Juan Román Riquelme: Diam yang Berbicara, Seniman Sepak Bola dari Buenos Aires

Menurut Bahlil, tak ada kontrak waktu dalam urusan impor BBM. Selama stok ada, asal harga cocok, transaksi bisa terjadi. Ini seperti jual-beli di pasar tradisional, tapi berskala triliunan rupiah.

Pengurangan BBM dari Singapura saat ini sekitar 54–59 persen. Target berikutnya? Bisa saja nol persen.

0 Komentar