RADARCIREBON.TV- Pencopotan jabatan adalah dinonaktifkan dari jabatan, yang berarti seseorang tidak lagi diberikan kewenangan dan tanggung jawab untuk menjalankan tugas-tugas yang terkait dengan jabatan tersebut.
Siswa di Riau berinisial RL terpaksa menggadai handphonenya demi membayar uang praktik agar bisa mengikuti ujian, dan hal tersebut sempat viral di media sosial sehingga imbas dari kasus viral tersebut membuat sang kepsek dicopot dari jabatannya.
Kepsek di Riau Dicopot Jabatannya
Dinas pendidikan provinsi Riau yang mendengar kejadian mengenai peristiwa tersebut langsung turun tangan.
Baca Juga:Aturan Jam Malam Dedi Mulyadi Ditolak Fortusis, Ada Apa?Wamena Jadi Medan Perang? Begini Responya
Kejadian viral tersebut terjadi di SMK Negeri 1 Bangun Purba, Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), Riau.
Saat itu ada seorang siswa yang sempat membeberkan nasibnya dan keadaan yang sedang dialaminya yaitu ia sampai rela menggadai handphonenya, demi agar ia bisa membayar uang praktik sebesar Rp 240.000 dan akhirnya kisah tersebut langsung menyebar dan menjadi viral.
Dengan viralnya berita tersebut, Dinas pendidikan provinsi Riau langsung turun tangan dengan mengambil tindakan tegas yaitu mencopot pelaksana harian (PLH) kepala sekolah (kepsek) SMK Negeri 1 Bangun Purba, Habibie.
Erisman juga menyinggung soal sekolah yang seharusnya tidak boleh ada sekolah yang melakukan pungutan terhadap peserta didiknya.
Pihak sekolah sebenarnya sudah mendapat bantuan dana BOS alias dana operasional Sekolah sehingga menurut Erisman kejadian tersebut sangat tidak pantas.
Sementara itu siswa berinisial RL mengaku tidak bisa mengikuti ujian lantaran belum membayar uang praktik, jadi RL memutuskan dengan sangat terpaksa dan berat hati untuk menggadai handphone miliknya agar ia bisa membayar uang praktik dan mengikuti ujian.
Berkat tindakannya bercerita di media sosial tersebut menjadi viral dan menyentuh hati banyak orang. Bahkan salah seorang yang memberikan perhatian khusus adalah Kapolres Rokan Hulu, AKBP Emil Eka Putra.
Baca Juga:Terus Dikritik KPAI Mengenai Program Barak Militer, Dedi Mulyadi Geram!!Surat Edaran Terbaru KDM, Aturan Apa Lagi Kali Ini?
Kisah tersebut berawal ketika RL tidak bisa mengikuti ujian pada Senin 2 Juni 2025, karena belum melunasi uang praktik sebesar Rp240.000, Dan ia pun langsung pulang ke rumah dan meminta bantuan sang ibu.
Naasnya sang Ibu tidak memiliki uang untuk melunasi tunggakan RL tersebut, dan dengan kondisi terdesak RL dengan terpaksa akhirnya menggadaikan ponsel seharga Rp100.000 agar ia dapat mengikuti ujian kenaikan kelas.
Mariatun (58), selaku ibunda dari RL menceritakan kisah pilu saat dikunjungi AKBP Emil dan pengurus Bhayangkari polres Rohul di rumahnya, yang bertempatkan di Desa Bangun Purba Timur Jaya.
Ia menjelaskan bahwa keluarganya memang benar-benar tidak memiliki uang untuk membayar biaya praktek sekolah, ungkapnya sambil menangis.
Melihat perjuangan RL siswa kelas 1 SMK tersebut, Kapolres Rokan Hulu menyatakan komitmennya untuk membantu pendidikan RL ke depan.
Dukungan tersebut tentu saja menjadi titik balik positif dalam kisah RL, siswa SMK yang semula harus berjuang sendiri demi pendidikannya, kini akhirnya mendapat perhatian dan dukungan langsung dari kepolisian.
Arles Lubis sebagai kakak siswa tersebut mengaku bahwa tidak ada niat untuk menjatuhkan atau menjelekkan sekolah tersebut.
Setelah kisah RL menggadaikan HP demi ikut ujian viral, pihak sekolah sempat membantah soal siswa yang tidak bisa mengikuti ujian lantaran belum membayar uang praktek.
Hal itu disampaikan langsung oleh Habibie, selaku pelaksana harian (PLH) kepala sekolah SMK Negeri 1 Bangun Purba.
Habibie menyampaikan bahwa sekolah tidak pernah menyuruh siswanya yang belum menyelesaikan administrasi untuk tidak bisa mengikuti ujian.
Faktanya siswa SMK tersebut harus pulang meminta bantuan ibunya karena ia tidak bisa mengikuti ujian disebabkan karena belum melunasi atau belum membayar uang praktik.
Akhirnya imbas dari kisah siswa yang menggadai handphonenya demi membayar uang praktek agar bisa mengikuti ujian tersebut, Habibi selaku kepala sekolah tetap harus bertanggung jawab dan akhirnya beliau dicopot dari jabatannya.