Media mulai gaduh. Para pengamat menyebutnya “Zidane dari Azul.” Di Argentina, ia jadi bahan gosip antara klub-klub besar: PSG, City, dan tentu saja, Real Madrid.
Madrid Datang—Tapi Franco Tidak Silau
Musim panas 2025, Real Madrid menawar €45 juta untuknya. Tawaran gila bagi remaja 17 tahun. Banyak anak seusianya akan langsung berkata ya. Tapi Franco butuh waktu. Ia meminta waktu untuk berkonsultasi dengan keluarganya, pelatihnya, bahkan psikolog klub.
Akhirnya ia berkata:
“Saya tidak datang ke Eropa untuk jadi sensasi. Saya datang untuk belajar. Madrid bukan akhir mimpi saya. Ia adalah awal ujian saya.”
Cedera & Kritik: Mimpi yang Tergelincir
Baca Juga:Terlahir Offside, Legenda Italia Filippo Inzaghi:Pemain yang Posisinya Dicari BolaTampil Berdua, Gubernur Dedi Mulyadi dan Gubernur Sherly Tjoanda Dijodohkan Warganet
Setelah tanda tangan kontrak, Franco mengalami cedera otot dalam latihan pra-musim. Media Spanyol mulai mempertanyakan keputusan Madrid. “Apakah ini Luka Jovic berikutnya?” “Terlalu muda, terlalu rapuh?”
Namun di ruang sunyi fisioterapi, Franco tidak mengeluh. Ia belajar bahasa Spanyol, memperhatikan permainan Kroos dan Modrić, dan tetap mencatat di buku kecilnya:
“Modrić berpikir dua detik lebih cepat. Aku harus sampai di sana.”
Simbol Harapan Baru Argentina
Argentina telah lama haus akan “penerus Messi.” Tapi Franco tidak pernah mengklaim itu. Ia hanya ingin menjadi dirinya sendiri—anak dari Azul yang menulis ulang nasibnya dengan kaki kiri dan hati besar.
Kini, anak-anak di Azul memakai nomor punggung 41. Di dinding sekolahnya tertulis:“Bermimpilah seperti Franco. Tapi jangan lupa—Franco juga bangun pagi.”