Kisruh seleksi penerimaan murid baru (SPMB) 2025 di SMAN Jatitujuh, Kabupaten Majalengka, memicu aksi protes dari belasan kepala desa setempat. Mereka turun langsung ke sekolah untuk menuntut keadilan bagi ratusan anak warganya yang gagal diterima meski tinggal tak jauh dari lokasi sekolah.
Suasana tegang mewarnai pertemuan belasan kepala desa dari Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka, saat mendatangi SMAN Jatitujuh. Aksi itu dilakukan sebagai bentuk protes terhadap sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang dinilai merugikan masyarakat setempat.
Para kepala desa merasa geram karena banyak warganya yang merupakan siswa dari Kecamatan Jatitujuh tak lolos seleksi pada penerimaan siswa tersebut. Padahal, sekolah negeri tersebut berada di wilayah kecamatan setempat.
Baca Juga:Kuwu Sinarancang Fokus Peningkatan Layanan Kesehatan – VideoTradisi & Budaya Mapag Sri Jelang Panen Raya Di Desa Wilulang – Video
Tercatat tak kurang dari 150 calon peserta didik dari Kecamatan Jatitujuh dilaporkan tidak diterima pada gelombang pertama pada jalur domisili, afirmasi, dan mutasi. Mereka mendesak agar pihak SMAN Jatitujuh lebih bijak dalam mengatur sistem penerimaan dan memberikan prioritas kepada warga sekitar.
Sementara, para kepala desa lainnya juga menegaskan bahwa protes ini bukan semata karena emosi, tapi bentuk tanggung jawab moral terhadap warganya. Mereka berharap, pada gelombang kedua PPDB yang akan dibuka melalui jalur prestasi, pihak sekolah dapat memberikan ruang lebih bagi calon siswa dari Kecamatan Jatitujuh.