RADARCIREBON.TV — Di bawah gemerlap langit Wonosobo yang berselimut kesejukan malam, lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an menggema syahdu dari Pondok Pesantren Tahfidzul Quran Al-Asyariyyah. Malam itu, Ahad 6 Juli 2025, bukan sekadar seremoni tahunan Haflah Khatmil Quran ke-48 dan Haul KH Muntaha Al Hafidz ke-21, tapi juga menjadi panggung lahirnya sebuah harapan baru: hadirnya komitmen nyata Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam memuliakan para penjaga Kalamullah.
Dalam acara yang dihadiri ribuan santri dan tokoh agama itu, Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, mengumumkan sebuah kabar yang menghangatkan hati. Tak main-main, sebesar Rp479 juta telah disalurkan Pemprov Jateng kepada 479 santri penghafal Al-Qur’an, masing-masing mendapat tali asih Rp1 juta. Bukan hanya sekadar angka, namun bentuk penghargaan dan dorongan moril bagi para pengabdi ayat suci.
“Itu program dari Pemprov Jateng dari APBD. Semoga APBD-nya juga bisa menjadi berkah,” ucap Taj Yasin disambut gema takbir dari para hadirin.
Baca Juga:Produk Jateng Tembus Dunia! Gubernur Ahmad Luthfi Lepas Ekspor Bus Karoseri Laksana ke Sri LankaMasalah Stunting Masih Jadi PR Besar, Pemerintah Fokus di Jabar, Jateng, dan Sulsel
Tali asih itu bukan sekadar hadiah—ia adalah wujud nyata bahwa negara hadir untuk para hafidz dan hafidzah, sosok-sosok muda yang memikul amanah besar dalam menjaga kemurnian Al-Qur’an di tengah arus modernisasi dan godaan zaman.
Namun Taj Yasin tak ingin para santri berhenti di titik hafalan. Di hadapan para wisudawan, ia berpesan agar capaian mereka tidak membuat puas diri. Menghafal adalah fondasi, namun mengkaji, mengamalkan, dan menyebarkan adalah misi seumur hidup.
“Banyak ilmu dalam Al-Qur’an yang masih harus dikaji. Jangan berhenti sampai hafal, tapi gali makna dan hikmahnya, sebarkan cahaya Al-Qur’an kepada umat,” pesannya penuh getar.
Sebagai bentuk kelanjutan, Pemprov Jateng juga menyiapkan program beasiswa khusus bagi para santri, agar mereka bisa melanjutkan studi ke perguruan tinggi, baik dalam negeri maupun luar negeri. Program ini bukan mimpi. Telah dijajaki kerja sama dengan lebih dari 40 kampus nasional, dan tim seleksi santri penerima beasiswa pun sudah dikukuhkan melalui SK Gubernur Jateng.
Tim seleksi ini terdiri dari tokoh pendidikan, akademisi, hingga tokoh pesantren. Semua bertugas menilai potensi santri terbaik, bukan hanya dari sisi akademik, tetapi juga akhlak, semangat, dan visi keumatan.
Program beasiswa ini bukan hanya soal gelar, tapi ikhtiar melahirkan generasi santri yang cakap dalam ilmu dunia dan kuat dalam iman. Harapannya, para alumni kelak akan kembali ke pondok asal, membawa ilmu yang lebih luas untuk mendidik generasi berikutnya.
“Kami ingin mereka pulang, bukan untuk bangga-banggaan, tapi untuk mengabdi. Pondok adalah rumah, dan rumah itu butuh cahaya dari anak-anak terbaiknya,” ujar Taj Yasin dengan suara yang nyaris bergetar.
Baca Juga:Tips Lolos Seleksi Tulis dan Wawancara SPMB Jateng 2025Tinjau Proyek Bendungan Jragung, Taj Yasin: Solusi Banjir dan Ketahanan Air Jateng
Dalam dunia yang makin terpolarisasi, langkah Pemprov Jateng ini adalah angin segar. Bukan hanya soal dana, tapi tentang keberpihakan terhadap ilmu agama, terhadap generasi yang menjadikan Al-Qur’an sebagai pelita hidup.
Di tengah sorotan sorotan politik dan ekonomi yang kerap penuh polemik, Jawa Tengah menghadirkan narasi lain—narasi kebajikan. Dan di malam yang khidmat di Wonosobo itu, ratusan santri berjalan mantap di atas panggung, tak hanya membawa hafalan, tapi juga harapan. Harapan bahwa negeri ini masih punya tempat bagi cahaya-cahaya kecil yang akan menerangi masa depan umat.
Pondok dan pemerintah berjalan bergandengan. Dan dari Wonosobo, Jawa Tengah kembali menyalakan obor Islam Nusantara—hangat, terang, dan membumi.