UEFA Usir Crystal Palace dari Liga Europa! Alasannya Bikin Fans Gigit Jari

Crystal Palace gagal tampil di pentas Eropa
Crystal Palace gagal tampil di pentas Eropa Foto : Getty images
0 Komentar

RADARCIREBON.TV – Kisah dongeng Crystal Palace di Eropa resmi dibajak oleh drama kepemilikan klub ala sinetron bisnis global. Alih-alih menikmati senja musim panas di Liga Europa, The Eagles justru dipaksa UEFA untuk mengepak koper lebih awal ke kasta ketiga: UEFA Conference League. Dan alasannya? Bukan karena kekalahan telak di lapangan, tapi karena urusan saham dan siapa pegang kendali—atau lebih tepatnya, siapa yang dianggap terlalu banyak memegang klub bola.

UEFA menuduh Crystal Palace melanggar aturan kepemilikan multi-klub. Pemeran utamanya? John Textor, sang miliarder eksentrik yang punya saham di Palace dan klub Prancis Lyon. Nahasnya, Lyon—yang sempat dicoret dari Ligue 1 karena pelanggaran keuangan—berhasil naik kembali ke kasta atas usai menang banding. Sebagai finishing keenam di Ligue 1, Lyon otomatis ambil bagian di Liga Europa. Sayangnya, satu kapal hanya bisa bawa satu penumpang di mata UEFA, dan Palace harus loncat ke perahu yang lebih kecil.

“Kami menang Piala FA. Kami layak ke Liga Europa,” keluh fans Palace di medsos.

Baca Juga:Turnamen Sepakbola Tarkam Desa Kudumulya Sedot Animo Peserta – VideoLiverpool Vs Preston North End, Penghormatan Untuk Jota, Link Live Streaming, Jadwal dan Kick Off

“Tapi tampaknya UEFA lebih peduli siapa pemiliknya, bukan siapa pemenangnya.”

Sementara itu, Palace bersiap mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS). Mereka bersikeras bahwa Textor tidak memegang kendali penuh di Selhurst Park. Bahkan disebutkan sahamnya kini dijual ke Woody Johnson, pemilik New York Jets. Tapi UEFA tetap pada pendirian: jika kamu duduk terlalu dekat dengan dua setir, jangan harap bisa ikut balapan.

Situasi ini makin menyakitkan karena musim 2025/26 seharusnya jadi debut historis Palace di kompetisi Eropa. Bukan lewat jalur bonus, tapi karena kerja keras di lapangan—memenangkan Piala FA melawan segala prediksi. Namun realitas bisnis menghantam mimpi itu seperti sliding tackle di menit 93.

UEFA sendiri terlihat kaku dan “setia pada pasal”, namun banyak yang menilai keputusan ini lebih mencerminkan teater kekuasaan ketimbang keadilan kompetisi.

“Jadi, Palace ditendang ke Conference League karena pemilik mereka terlalu sukses di tempat lain?” sindir salah satu fans netral. “UEFA, sejak kapan ambisi jadi dosa?”

Kini, Crystal Palace harus menata ulang rencana Eropa-nya—bukan di atas permadani UEFA Europa, tapi di lorong sempit Liga Konferensi. Mungkin bukan tempat impian, tapi buat The Eagles, satu hal pasti: mereka akan datang, dan akan terbang—tak peduli seberapa kecil panggung yang diberikan.

0 Komentar