Tak berhenti di situ, Vicente del Bosque Academy Blue dari Spanyol dipulangkan 4-1. Di semifinal, mereka menyingkirkan Gais dari Swedia, sebelum mengunci puncak dengan lima gol berkelas ke gawang Internazionale.
Dari sembilan pertandingan, mereka mencetak 47 gol dan hanya kebobolan 4. Catatan ini bukan hanya statistik, ini adalah lukisan kerja keras, disiplin, dan cinta pada sepak bola.
Mereka tampil bukan seperti anak-anak yang sekadar bermain bola, tapi seperti duta kecil bangsa yang tahu cara menjaga harga diri di panggung dunia.
Baca Juga:Berikut jadwal lengkapnya: Persib Mantapkan Latihan Jelang BRI Super League 2025/26, Siap Hadapi Semen PadangPelatih Persib Bojan Hodak Soroti Perbedaan Fasilitas Latihan: Thailand Unggul, Indonesia Harus Berbenah
“Selain menjadi juara, Raushan Ochank Syam juga dinobatkan sebagai Most Valuable Player (MVP),” lanjut Erick.
Anak ini, dengan senyum malu-malu dan kaki cekatan, menjelma menjadi simbol harapan baru. Dalam suaranya yang polos namun penuh keyakinan, Raushan berkata,
“Kami telah berlatih keras, tetapi yang terpenting adalah kami bermain sebagai satu tim dan saling mendukung.”ujar Raushan
Pelatih mereka, Agi Maulana, menyimpan haru yang dalam.
“Kami bersyukur atas kemenangan ini. Anak-anak bukan hanya bermain, mereka bertarung, bekerja sama, dan mencintai satu sama lain. Inilah kekuatan sepak bola yang sesungguhnya.”
Tim ini bukan hanya dihuni oleh pemain lokal dari Cimahi atau Jawa Barat. Delapan pemain di antaranya merupakan hasil seleksi program “Meet the World with SKF Road to Gothia Cup 2025”, program berjenjang yang membentuk bintang-bintang muda dari seluruh Indonesia. Ini bukan kemenangan satu akademi, ini adalah kemenangan ekosistem.
Erick Thohir menegaskan pentingnya kompetisi usia dini.
“Mari bersama kita membangun kompetisi berjenjang. Bangga!” serunya. Bagi Erick, kemenangan ini adalah bukti konkret dari kerja sistematis yang harus terus diperkuat: dari pembinaan akar rumput, bukan dari instan.
Apa yang dilakukan Akademi Persib Cimahi adalah mengingatkan kita bahwa sepak bola Indonesia tak pernah benar-benar kekurangan bakat, yang dibutuhkan adalah arah, perhatian, dan keberlanjutan. Mereka membuktikan, bahwa dari lorong-lorong sempit kampung di Cimahi, bisa lahir anak-anak yang menaklukkan Eropa.
Baca Juga:Persebaya Surabaya Vs PSS Sleman!! Ada Mantan Pemain Binaan Persib, Dulu Striker, Kini Jadi Center Back KokohCetak Prestasi Usai Hadapi Filipina, Gelandang Persib Robi Darwis Beri Jawaban Rendah Hati
Dan pada 19 Juli 2025 itu, di tanah jauh nan dingin bernama Gothenburg, suara “Persib Maung Bandung!” mungkin tak terdengar di tribun. Tapi semangatnya menggema lebih jauh daripada yang bisa dijangkau oleh nyanyian mana pun. Sebab dari kaki mereka yang kecil, sejarah ditulis besar.