Ditinggal di Ujung Harapan: Kepindahan Nathan Tjoe-A-On ke Lyngby Gagal, Netizen Indonesia Jadi Sorotan

Nathan Tjo A On
Pemain Timnas Indonesia, Nathan Tjo A On gagal bergabung dengan klub Denmark Foto : disway
0 Komentar

RADARCIREBON.TV – Di balik semangat dan sorak sorai yang ramai di media sosial, diam-diam sebuah hati patah dalam senyap. Nathan Tjoe-A-On, bek berdarah Indonesia-Belanda yang sempat menggairahkan harapan publik Tanah Air, akhirnya harus memupus mimpinya untuk memulai lembaran baru bersama Lyngby Boldklub.

Padahal, semua tampak sudah di jalur yang benar. Tes medis telah dilalui. Nathan bahkan sudah menjalani latihan perdana bersama skuad Lyngby. Tak ada cedera, tak ada masalah administratif. Yang ada hanya harapan—dan kemudian, kabar yang mengguncang.

Pada Rabu (17/7), Lyngby merilis pernyataan mengejutkan. Klub kasta kedua Liga Denmark itu membatalkan perekrutan Nathan. Alasannya? Terlalu banyak sorotan.

Baca Juga:Erick Thohir Kembali Janjikan Timnas Main di JIS, Kapan Terwujud?Tiga Pemain Malaysia yang Bisa Jadi Ancaman untuk Timnas U-23 di AFF 2025

“Transfer seharusnya menjadi proses tenang. Tapi perhatian global yang luar biasa dari Indonesia menjadikan situasi ini berbeda. Setelah evaluasi, kami menyadari ini bukan kecocokan yang ideal,” tulis klub dalam pernyataan resminya.

Langit Denmark yang mendung seolah mencerminkan perasaan Nathan. Ia tak menulis apa-apa. Tak pula memberi klarifikasi. Hanya diam. Tapi diamnya adalah nyaring bagi mereka yang mengerti: ini bukan sekadar transfer yang gagal. Ini cerita tentang bagaimana perhatian bisa berubah menjadi beban.

Nathan, yang sebelumnya ingin meninggalkan Swansea City demi mendapatkan menit bermain reguler, kini kembali berada di persimpangan. Lyngby telah menutup pintu, bukan karena kualitasnya kurang, tetapi karena hiruk pikuk di balik layar—karena riuh yang tak mampu dikendalikannya.

Dan publik Indonesia? Mereka awalnya datang dengan cinta. Membanjiri akun resmi Lyngby dengan komentar dukungan, bendera Merah Putih, dan semangat kebanggaan. Tapi, mungkin mereka lupa: tidak semua panggung suka keramaian. Ada klub yang lebih nyaman dalam sunyi.

Ironisnya, dukungan yang niatnya tulus malah menjadi alasan perpisahan sebelum pertemuan itu benar-benar terjadi.

Nathan kini harus memulai dari awal lagi, mencari klub yang bukan hanya butuh kualitas kakinya, tapi juga mampu menerima bayang-bayang panjang dari kecintaan suporter Indonesia.

Sementara itu, Lyngby melanjutkan musimnya tanpa sang bek. Dan Indonesia, sekali lagi, harus belajar: cinta yang besar butuh kebijaksanaan. Karena kadang, perhatian yang terlalu bising, justru menggagalkan yang seharusnya terjadi.

0 Komentar