RADARCIREBON.TV – Pernah dielu-elukan sebagai pewaris takhta Cristiano Ronaldo, Joao Felix kini justru dipandang sebagai simbol kejatuhan generasi emas sepakbola Eropa. Pemain yang dulu dibeli Atletico Madrid dengan banderol fantastis €126 juta kini dikabarkan nyaris hengkang ke Al-Nassr, klub kaya Arab Saudi dalam kesepakatan senilai £43,7 juta. Di sanalah sang bintang muda akan bersatu dengan idolanya, Ronaldo, bukan untuk meraih trofi, tetapi demi lembaran uang.
Kabar ini tak hanya mengejutkan, tapi juga menyakitkan bagi para pecinta sepakbola yang masih percaya bahwa karier seharusnya dibangun di atas ambisi, bukan angka dalam rekening. Kritik paling tajam datang dari agen FIFA ternama, Jen Mendelewitsch. Dalam wawancara eksklusif dengan RMC Sport, ia tak segan menyebut Felix sebagai “mata duitan” yang mengkhianati bakatnya sendiri.
“Joao Felix sudah lama tidak benar-benar bermain sepakbola. Dia bukan korban, dia pelaku. Dia menyerahkan kendali kariernya ke tangan orang lain dan membiarkan dirinya diseret ke proyek-proyek yang tak dia cintai,” kata Mendelewitsch tanpa tedeng aling-aling. “Dia kini bukan lagi pemain sepakbola, tapi mesin pencetak uang.”
Baca Juga:Antony Dilirik Al Nassr, Bakal Jadi Trio Maut Bareng Ronaldo dan Joao Felix?Chelsea Resmi Jual Joao Felix Walau Baru Semusim Bersama
Pernyataan itu bukan tanpa dasar. Sejak kepindahan besarnya ke Atletico Madrid, karier Felix nyaris tak pernah stabil. Gagal memenuhi ekspektasi Diego Simeone, ia dipinjamkan ke Chelsea dan AC Milan, lalu mencoba peruntungan di Barcelona. Namun semua itu tak pernah cukup untuk menghidupkan kembali api dalam dirinya. Yang tersisa hanyalah sorotan media dan nilai pasar yang terus menyusut.
“Saya tidak bisa lagi membelanya. Klub-klub besar sudah memberinya panggung, tapi dia seperti penumpang dalam hidupnya sendiri,” lanjut Mendelewitsch. “Ketika rumor menyebut ia bisa kembali ke Benfica, saya sempat berharap. Tapi itu pun kandas karena dia tak mau berkorban secara finansial. Padahal itulah jalan pulang sejati.”
Kini, di usia 25 tahun, usia keemasan bagi banyak pesepakbola, Joao Felix justru memilih jalur mudah. Ia tidak memperjuangkan tempat di klub Eropa, tidak bertarung untuk trofi Liga Champions, tidak menuntaskan cerita di klub masa kecilnya. Ia justru memilih liga uang minyak, dengan janji kemewahan dan popularitas instan, tapi tanpa gairah sejati.