RADARCIREBON.TV – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, angkat bicara soal aksi unjuk rasa puluhan orang tua siswa yang mengguncang halaman Kantor Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Cirebon, Rabu (30/7/2025). Dalam pernyataan tegas yang diunggah di akun pribadinya pada Kamis (31/7/2025), KDM, begitu ia disapa memperingatkan bahwa segala bentuk pungutan di sekolah negeri tingkat dasar dan menengah pertama merupakan bentuk pelanggaran terhadap keputusan Mahkamah Konstitusi (MK).
“Pendidikan SD dan SMP adalah hak konstitusional setiap anak dan telah ditegaskan oleh MK bahwa wajib difasilitasi negara secara gratis,” tegas Dedi. “Kalau masih ada pungutan, maka itu jelas melawan konstitusi. Melawan keputusan Mahkamah.”
Pernyataan ini muncul setelah orang tua siswa mengeluhkan dugaan pungutan liar yang terjadi di sejumlah SMP negeri di Kota Cirebon, termasuk pungutan berkedok sumbangan komite sekolah. Mereka menuntut transparansi dan penghapusan biaya yang dianggap memberatkan, bahkan diskriminatif.
Baca Juga:5 Kebijakan KDM Dipertanyakan, 111 Tokoh Pesantren Babakan Tuntut Evaluasi SeriusIni Identitas Anggota Polisi yang Tewas di Hajatan Anak KDM, Ternyata Orang Majalengka
Dedi Mulyadi menekankan bahwa pengelolaan sekolah memang terbagi menurut kewenangan: SMA dan SMK menjadi urusan provinsi atau gubernur, sementara PAUD, TK, SD, dan SMP berada di bawah tanggung jawab bupati atau wali kota.
“Jadi kalau ada masalah, seperti kemarin di Cirebon, itu ranahnya kepala daerah. Gubernur tidak bisa serta-merta intervensi, tapi saya punya kewajiban moral untuk bicara,” katanya. “Saya minta wali kota Cirebon bertindak cepat dan tegas. Jangan biarkan ketidakadilan tumbuh di ruang kelas.”
Lebih lanjut, KDM memberikan peringatan keras kepada kepala sekolah dan dinas pendidikan untuk tidak menyalahgunakan posisi dengan cara memaksa pungutan terhadap siswa, dengan dalih pembangunan atau kegiatan sekolah.
“Jangan jadikan sekolah tempat menjual mimpi-mimpi palsu lewat iuran. Sekolah itu tempat mendidik karakter, bukan tempat transaksi uang,” serunya.
Tak hanya menyasar pihak sekolah, Dedi juga mengingatkan para orang tua agar tidak menciptakan budaya konsumtif di lingkungan anak. Ia menyayangkan fenomena banyaknya orang tua yang bersikap berlebihan—membelikan motor mahal, sepeda keluaran terbaru, hingga memberi uang jajan berlebih, namun justru mengeluh saat diminta kontribusi di sekolah.