RADARCIREBON.TV – Mau diakui atau tidak tapi era Messi dan Ronaldo telah tamat. Bukan karena mereka pensiun, tapi karena dunia sudah tidak menoleh ke arah sana lagi.
Ketika mereka memutuskan meninggalkan hingar bingar sepakbola Eropa. Ya, meskipun Brazil adalah sepakbola, dan Afrika penghasil pemain dengan kecepatan tinggi, namun sekali lagi, kiblat sepakbola adalah eropa.
Kompetitif, unggul dan jadi tujuan semua pemain sepakbola. Mereka kini hanya jadi kutipan di akun motivasi Instagram atau judul clickbait nostalgia. Panggung sepakbola kini berubah drastis, nyaris brutal. Tak ada belas kasihan bagi senior. Yang muda, yang menggila.
Baca Juga:Rekrutan Baru Real Madrid, Franco Mastantuono: Zidane Kecil Dari AzulDunia Kaget!!Max Dowman: Bocah 15 Tahun yang Bikin Arsenal Lupa Mereka Belanja Zubimendi €70 Juta
Musim 2025/2026 tidak sedang menunggu siapa yang lebih banyak koleksi Ballon d’Or. Karena sudah hampir pasti, gelar tersebut tak lagi diperebutkan antara Messi atau Ronaldo lagi.
Dunia sepakbola kini sibuk mencari siapa bocah yang bahkan belum cukup umur untuk beli tiket konser, tapi sudah bisa merobek pertahanan senior. Rivalitas bukan lagi soal Portugal vs Argentina, tapi Arsenal U-18 vs Real Madrid Castilla.
Lihat saja Franco Mastantuono. Baru 16 tahun, wajahnya masih menyimpan bekas jerawat puber, tapi namanya sudah masuk headline media global. Real Madrid merekrutnya bukan karena sudah jadi bintang, tapi karena belum. Karena hype lebih laku dijual ketimbang trofi. Ia belum debut, tapi fans sudah debat siapa lebih jenius: dia atau Luka Modric saat remaja. Absurd? Tentu. Tapi itulah sepakbola 2025.
Dari Inggris, muncul nama Max Dowman. Arsenal menurunkannya melawan Newcastle dalam laga pramusim, dan bocah 15 tahun itu bermain seperti veteran perang yang menyimpan dendam sejarah.
Ia tidak hanya bermain baik, ia mendikte ritme, menciptakan peluang, dan membuat para pemain senior Newcastle terlihat seperti sedang main futsal di jam istirahat kantor.
Komentator menyebutnya “mature beyond his years”,padahal dia mungkin masih bingung cara bayar parkir pakai aplikasi.
Dan tentu saja, kita tak boleh lupa Lamine Yamal. Bocah satu ini sudah lebih dulu melenggang ke jajaran elite. Barcelona memperlakukannya seperti warisan budaya. Fans menganggapnya titisan Messi, minus tekanan dewasa. Di usia 17, dia bukan sekadar tampil; dia mengatur tempo, membuka ruang, dan membuat lawan kehilangan arah. Kalau Messi dulu dewa kecil, Yamal mungkin GPS-nya.