Tentu saja, penggemar Barcelona tak bodoh. Mereka punya akses ke internet, dan bisa melihat rekaman lama Rashford dengan mata berbinar memuja Ronaldo seperti remaja sedang nonton konser boyband. Jadi, pernyataan “Rooney adalah idolaku” mungkin terdengar manis, tapi juga sangat diplomatis atau kalau boleh dibilang, agak oportunistik.
Namun, inilah dunia sepakbola modern, di mana loyalitas bisa berubah secepat notifikasi TikTok, dan masa lalu bisa di-archive saat jersey berubah warna. Rashford kini pemain Barcelona. Dan di Barcelona, Ronaldo bukan legenda, tapi simbol rivalitas berdarah. Menyebutnya sebagai idola? Itu bisa lebih berbahaya daripada melakukan selebrasi ala “Siuuu” di depan Camp Nou.
Mungkin Rashford hanya ingin damai. Atau mungkin, seperti kebanyakan dari kita, ia hanya mencoba bertahan di lingkungan baru dengan sedikit kebohongan putih dan lupakan masa lalu. Ronaldo? Siapa dia? Rashford sepertinya tak lagi ingat. Atau pura-pura tidak.