Namun di balik transfer glamour dan nostalgia, ada satu tujuan yang lebih penting: Piala Dunia. Ya, turnamen yang berkali-kali menghindar dari pelukannya. FIFA 2026 bisa jadi bukan hanya panggung terakhirnya di level internasional, tapi juga kesempatan untuk menulis ulang narasi: bahwa Neymar bukan sekadar artis viral atau ikon brand, tapi juara sejati.
Rodrigo Caetano, Direktur CBF, bahkan sudah mulai membuka pintu. “Jika dia fit, kualitas teknisnya tidak terbantahkan. Selalu ada tempat untuk pemain hebat,” ujarnya. Tentu, jika Neymar ingin tempat itu, dia harus menjawab dengan lebih dari sekadar video TikTok atau tekel ceroboh yang menghasilkan kartu merah.
Laporan lain menyebut Marseille juga ingin Neymar. Tentu, kota romantis itu bisa menjadi panggung teatrikal lainnya. Tapi Juventus adalah Juventus. Klub penuh tekanan, penuh ekspektasi. Jika Neymar ingin membuktikan bahwa dirinya belum habis, bahkan setelah dunia sempat menganggapnya sudah usai, Turin mungkin adalah tempat yang pas.
Baca Juga:Neymar & Gustavo Caballero Berhasil Membawa Santos Fc Keluar Dari Zona DegradasiNeymar Buktikan Kelasnya: Brace ke Gawang Juventude, Siap Rebut Nomor 10 Brasil Lagi!
Sebab di sana, tidak ada ruang untuk selebrasi kosong. Hanya ada ruang untuk kerja keras, kemenangan… dan legenda.
Dan jika pada akhirnya, Neymar kembali ke Eropa, menyihir mata publik Serie A, lalu tampil di Piala Dunia 2026 sebagai pemimpin Selecao, maka semua luka, semua ejekan, dan semua “Neymar sudah habis” akan berubah jadi paduan suara permintaan maaf massal.
Sebab Neymar, dengan segala kontroversinya, tetap saja adalah Neymar. Satu dari sedikit pemain yang bisa menyentuh bola dan menghentikan waktu.
Dan kini, kita semua hanya bisa berharap: mungkin, hanya mungkin, ini belum bab terakhir.