Dengan usianya yang masih 33 tahun saat Piala Dunia 2026, Neymar seharusnya masih bermain di bawah lampu-lampu terang Liga Champions, bukan hanya sorotan televisi lokal. Dunia butuh Neymar di pentas besar, bukan hanya Brasil yang ingin memeluknya kembali terlalu cepat, terlalu nyaman.
Mungkin Neymar pulang karena lelah. Lelah dikritik tanpa henti. Lelah disebut pecundang setiap musim gugur. Tapi pulang bukan berarti selesai. Dan ia harus tahu, tak semua rumah mampu mengobati luka seorang bintang. Kadang, tempat terbaik untuk sembuh adalah kembali ke medan perang, bukan bersembunyi dari sorot mata.
Kalau Neymar ingin kembali ke Timnas Brasil, ke Seleção yang sakral itu, maka satu-satunya jalan adalah kembali ke Eropa. Bukan karena Brasil tak cukup baik, tapi karena dunia masih perlu melihat bahwa sang seniman belum kehilangan sentuhannya. Bahwa panggung ini belum pantas kehilangan tokoh utamanya.
Baca Juga:Demi Piala Dunia 2026! Neymar Bakal Kembali ke Eropa, Tujuannya Juventus Atau Marseille?Neymar Buktikan Kelasnya: Brace ke Gawang Juventude, Siap Rebut Nomor 10 Brasil Lagi!
Neymar belum habis. Dunia belum selesai dengannya. Dan jika ia ingin menutup karier dengan kepala tegak, maka pulang ke Santos bukanlah akhir yang benar. Dunia masih menunggu—Liga Champions masih bisa jadi rumah. Jika hanya Morumbi yang melihat gol-golnya, maka warisan Neymar akan menyusut menjadi cerita lokal, bukan legenda global.
Kembali ke Brasil? Oke. Tapi bukan sekarang. Dua tahun lagi. Minimal.