Yang ironis, kedua gol yang tercipta di babak pertama sama-sama lahir dari situasi sepak pojok. Artinya, permainan terbuka kedua tim masih seperti kopi yang belum diaduk pahit dan menggumpal. MU boleh saja bangga sudah menyamakan skor, tapi kenyataan bahwa satu-satunya gol mereka berasal dari kaki (atau kepala) pemain lawan tentu bukan kabar membanggakan.
Jika babak kedua tidak ada perubahan berarti, maka Old Trafford malam ini hanya akan menjadi panggung bagi cerita bahwa MU butuh lawan yang “baik hati” untuk menolong mereka mencetak gol. Dan kalau itu terus berlanjut, fans mungkin akan mulai bertanya: “Setan Merah ini sebenarnya sedang berburu gelar… atau berburu belas kasihan?”