Sementara itu, MU tampil dengan formasi 3-4-3, memasang Mason Mount, Bryan Mbuemo, dan Matheus Cunha di lini depan. Di atas kertas, ini adalah formasi “wajib menang”. Tapi di lapangan, terlihat lebih seperti “formasi wajib cari cara supaya nggak kalah”. Pergerakan bola kerap terhenti di sepertiga akhir lapangan, umpan silang seperti kehilangan alamat, dan pressing yang kadang rajin, kadang malas tergantung mood.
Yang ironis, kedua gol yang tercipta di babak pertama sama-sama lahir dari situasi sepak pojok. Artinya, permainan terbuka kedua tim masih seperti kopi yang belum diaduk pahit dan menggumpal. MU boleh saja bangga sudah menyamakan skor, tapi kenyataan bahwa satu-satunya gol mereka berasal dari kaki (atau kepala) pemain lawan tentu bukan kabar membanggakan.