RADARCIREBON.TV – Sebuah monumen berdiri kokoh di persimpangan Jalan Siliwangi, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon. Monumen putih ini dikenal sebagai Tugu Kejaksan atau Tugu Proklamasi. Sebutan tugu proklamasi didasarkan pada momen bersejarah di Cirebon, yang memproklamasikan kemerdekaan lebih awal.
Pembacaan proklamasi di Cirebon tidak terlepas dari kontribusi Sutan Syahrir, yang saat itu mengetahui berita tentang kekalahan Jepang. Sejak setahun sebelumnya, tepatnya tahun 1944, Syahrir telah aktif mengikuti perkembangan berita tentang Jepang melalui radio. Puncaknya terjadi ketika ia mendengar bahwa dua kota besar di Jepang dibombardir oleh tentara sekutu.
Menurut Lingga, seorang pegiat sejarah dari komunitas Cirebon History, “Sutan Syahrir mengamati tanda-tanda perkembangan perang dunia di mana Jepang kalah oleh sekutu. Kebetulan, bom atom dijatuhkan pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 di Hiroshima dan Nagasaki. “
Baca Juga:Kebanggaan Jateng! Ekonomi Melesat 5,28%, Dunia Usaha Ikut Merasakan ManfaatJanji Terwujud! Ahmad Lutfhi Pastikan Insentif Guru Honorer Cair, Jadi Bukti Komitmen Pemprov Jateng
Tak lama setelah mengetahui tanda-tanda kekalahan Jepang, Sutan Syahrir mendorong Soekarno untuk segera menyatakan kemerdekaan Indonesia. Namun, Soekarno menolak anjuran Syahrir, karena ia khawatir Jepang akan tetap melanjutkan perang dan menyerang kembali Indonesia.
Lingga menjelaskan bahwa Syahrir ingin agar Soekarno segera mengumumkan kemerdekaan karena setelah Jepang kalah, Indonesia tidak berada di bawah kendali negara manapun. Ia tidak ingin kemerdekaan Indonesia dianggap sebagai hadiah dari Jepang.
Sebagai tokoh aktif dalam gerakan nasional, Syahrir memiliki banyak koneksi di berbagai daerah. “Akhirnya, Syahrir bergerak sendiri untuk memberi tahu seluruh pemuda di Indonesia. Namun, yang merespons hanya Cirebon,” jelas Lingga.
Di Cirebon, salah satu tokoh aktif dalam pergerakan adalah Dr Sudarsono, yang saat itu menjabat sebagai kepala Rumah Sakit Gunung Jati. Ia merupakan bagian dari kelompok pemuda yang dipimpin oleh Sutan Syahrir.
Mendapatkan informasi dari Syahrir, Dr Sudarsono langsung mengajak para pemuda pejuang kemerdekaan di Cirebon untuk berkumpul. Setelah semua terkumpul, pada 7 Ramadhan 1364 H atau bertepatan dengan 15 Agustus 1945, para pemuda berkumpul di Alun-Alun Kejaksan Kota Cirebon.
“Pada pukul 16. 00 sore, proklamasi diumumkan, dihadiri sekitar 60-150 orang,” ujar Lingga.
Lingga menambahkan bahwa setelah dibacakan, naskah asli proklamasi kemerdekaan di Cirebon sudah hilang. Berbeda dengan naskah proklamasi yang dibacakan Soekarno pada 17 Agustus 1945, konon naskah proklamasi di Cirebon lebih panjang.