Bonek Minta Dejan Tumbas Dikembalikan ke LininSerang! Bonek: Dibeli Untuk Meningkatkan Daya Serang!

Dejan Tumbas
Dejan Tumbas diminta untuk kembali ke lini serang Foto: Ig Dejan Tumbas
0 Komentar

RADARCIREBON.TV – Persebaya Surabaya baru menjalani satu laga di Super League 2025/2026, tapi aroma kontroversi sudah pekat tercium di tribun. Bukan soal hasil kalah semata, melainkan keputusan absurd Eduardo Perez yang lebih mirip eksperimen sains gagal ketimbang strategi sepak bola.

Dejan Tumbas, pemain yang didatangkan dengan label penggedor lini depan, justru diplot sebagai… bek kiri. Ya, bek kiri! Keputusan ini membuat suporter mengernyitkan dahi, menggelengkan kepala, hingga mungkin bertanya-tanya apakah Perez sedang melatih klub sepak bola atau mencoba puzzle ala “Football Manager” dengan mode eksperimen.

Padahal, Tumbas punya statistik mumpuni sebagai pencetak gol dan penyumbang asist. Namun alih-alih dimainkan di posisi naturalnya, Perez menempatkannya di area pertahanan. Ironisnya, performa Tumbas tidak bisa disebut buruk saat mengisi posisi bek kiri. Tetapi publik tahu, kualitasnya akan jauh lebih bernilai bila berada di area kotak penalti lawan, bukan sibuk menahan sayap lawan.

Baca Juga:Jadwal Kick Off, Siaran TV dan Link Streaming Persebaya vs Persita: Duel Dua Luka yang Masih BerdarahPelatih Persebaya, Eduardo Perez Di Warning Harus Menang Ketika Hadapi Persita Dan Bali United!

Bonek pun geram. Mereka bukan sekadar berteriak soal hasil, tapi soal logika dasar sepak bola. “Kalau beli pisau dapur, ya dipakai buat motong bawang, bukan buat obeng,” begitu kira-kira sarkasme yang menggambarkan kekecewaan suporter. Karena untuk sektor bek kiri, Persebaya sebenarnya punya stok lebih dari cukup. Nama-nama seperti Rachmat Irianto, Alfredo Tata, dan Dimas Wicaksono jelas lebih masuk akal ketimbang mengorbankan striker yang sejatinya diharapkan jadi duet maut bersama Perovic.

Laga pertama kontra tim tamu sebetulnya masih bisa dikendalikan Persebaya. Mereka punya peluang emas, terutama lewat Malik Risaldi di babak pertama. Tapi apa daya, finishing yang buruk membuat kesempatan itu melayang begitu saja. Eduardo Perez pun dengan enteng berkata, “Kalau bisa cetak duluan, pertandingan pasti akan berbeda.” Sebuah kalimat klasik yang lebih mirip template pelatih kalah ketimbang analisis tajam.

Babak kedua, Perez coba menambal kesalahannya dengan memasukkan Rizky Dwi dan Gali Freitas. Rizky bahkan sempat punya peluang emas. Sayangnya, penyelesaiannya lebih mirip tendangan gugup anak baru main tarkam daripada striker profesional. Gol tak kunjung datang, dan Persebaya harus menelan kekalahan pertama di kandang sendiri.

0 Komentar