Keraton Kacirebonan melestarikan tradisi Rebo Wekasan di tahun 2025. Di antaranya dengan melangsungkan doa bersama tolak bala, tradisi apeman, dan tawurji yang disambut ratusan warga.
Pada hari Rabu terakhir di bulan Syafar, Keraton Kacirebonan melestarikan tradisi Rebo Wekasan. Berbagai kegiatan sakral dilakukan dengan keluarga keraton, abdi dalem, tokoh agama, sejarah, budayawan, hingga masyarakat.
Diawali dengan melangsungkan doa bersama secara khidmat di Bangsal Prabayaksa. Lantunan kidung yang memuji kebesaran Ilahi dan shalawat Nabi, sebagai ungkapan doa tolak bala memohon perlindungan, agar terhindar dari musibah.
Baca Juga:Mahasiswa Inisiasi Clean Up Sungai Dari Tumpukan Sampah – VideoAkses Jalan Menuju TPAS Kubangdeleg Akan Dibetonisasi – Video
Tradisi kemudian dilanjutkan dengan makan apem atau ngapem dan prosesi tawurji yang memiliki makna untuk berbagi, bersedekah, untuk menolak bala. Dengan menyediakan uang koin dan uang kertas pecahan kecil di sebuah wadah, kemudian ditawur atau disawerkan oleh Sultan Kacirebonan dan permaisuri, kepada masyarakat yang sudah menunggu sejak siang.
Tradisi yang sudah ada sejak zaman para wali ini, menjadi sebuah ritual yang selalu disambut antusias oleh ratusan warga untuk mencari berkah. Diharapkan, tradisi ini terus dilestarikan, meskipun pengaruh modernisasi dan perkembangan teknologi.