RADARCIREBON.TV- Barcelona tengah menghadapi tekanan dan harapan tinggi setelah sekadar menjadi pengamat kejuaraan Liga Champions selama hampir satu dekade.
Terakhir kali trofi Si Kuping Besar mampir ke lemari trofi Blaugrana adalah pada 6 Juni 2015, ketika mereka menundukkan Juventus dengan skor 3–1 di final Berlin, meraih treble kedua dalam era pelatih Luis Enrique.
Sejak saat itu, Barcelona belum mampu mengulang kejayaan tersebut. Musim lalu, mereka sempat dinilai sebagai kandidat kuat, namun sayangnya harus tersingkir di semifinal melawan Inter Milan dalam duel dramatis yang berakhir dengan agregat 6–7. Kekalahan ini turut memperpanjang puasa gelar di kompetisi antar klub paling prestisius di Eropa.
Baca Juga:Barcelona Terpaksa Lepas Bakat Masa Depan Dani Rodriguez, untuk Atasi Krisis Batasan GajiJika Ini Terjadi, Real Madrid Bisa Kalah Lawan Osasuna! Wajib Borong Empat Gol Untuk Salip Barcelona!
Tekad dan Ambisi yang Menggebu
Salah satu sosok penting yang menjadi tulang punggung semangat tim adalah Jules Kounde. Ia menyatakan, “Ini bukan ancaman, melainkan target kami. Kami di Barca, tentu saja Liga Champions adalah tujuan, meski bukan obsesi” .
Pernyataan ini mencerminkan keseimbangan antara dorongan beratnya ekspektasi publik dengan pendekatan realistis dan profesional dalam klub.
Pelatih Hansi Flick pun menunjukkan keteguhan jiwa setelah kekalahan dari Inter. Ia menegaskan bahwa timnya pantas mendapatkan rasa hormat di kancah Eropa dan menekankan kesiapan Barcelona untuk kembali berjuang musim depan.
“Musim depan kami akan mencoba lagi. Itu salah satu target kami. Kami akan kembali ke Liga Champions musim depan” ungkapnya dengan penuh tekad.
Dinamika Periode Transisi dan Regenerasi
Penyebab utama kegagalan dalam meraih gelar UCL selama sepuluh tahun terakhir bukan sekadar taktik atau personel, melainkan juga proses transisi besar dalam skuad.
Sejumlah ikon era kejayaan—seperti Xavi Hernandez, Andres Iniesta, Gerard Pique, Dani Alves, dan Lionel Messi—telah pergi atau pensiun, meninggalkan vakum kualitas dan pengalaman yang sulit digantikan dalam waktu singkat.
Proses regenerasi ini sempat membawa Barcelona ke beberapa semifinal, namun belum cukup untuk memastikan trofi. Dalam format Liga Champions yang terus berevolusi, Barca pun berupaya menyeimbangkan antara kebangkitan semangat juang dan pembangunan fondasi yang lebih kokoh — baik dalam aspek taktik, fisik, maupun mental.