RADARCIREBON.TV- Persib Bandung memulai gelaran BRI Super League 2025/2026 dengan performa yang belum sesuai harapan—namun sorotan utama tertuju bukan sekadar pada hasil pertandingan, melainkan pada adaptasi para pemain asing yang baru didatangkan.
Banyak fans, atau Bobotoh, menilai bahwa “star syndrome” mulai mengendap di skuat Maung Bandung, di mana nama besar tak selalu menjamin sinergi dan performa di lapangan.
Performa yang Kurang Menjanjikan
Di lini belakang, trio asing—Julio Cesar, Patricio Matricardi, dan Frans Putros—diproyeksikan sebagai tembok pertahanan kokoh. Namun sinergi di antara mereka masih rapuh.
Baca Juga:Pelajaran di San Siro, Allegri Butuh Waktu, Milan Tergusur Cremonese dalam Laga Pembuka Serie ADebut Spektakuler Rio Ngumoha, Remaja 16 Tahun Bawa Liverpool Menang Dramatis di Detik Akhir
Kesalahan koordinasi jelas menghasilkan gol lawan, termasuk dalam kekalahan mengecewakan 1-2 dari Persijap Jepara. Pelatih Bojan Hodak secara terang menyoroti hal tersebut sebagai masalah yang harus segera dibenahi jika ingin konsisten meraih kemenangan.
Lini tengah, yang dihuni oleh nama-nama seperti Luciano Guaycochea, William Marcilio, dan Berguinho, juga belum tampil optimal secara merata. Guaycochea justru menjadi titik terang—tampil konsisten, tenang, dan efektif dengan umpan-umpan panjangnya yang tajam.
Namun, Marcilio dan Berguinho belum berhasil menunjukkan kontribusi kolektif, gaya permainan mereka masih jauh dari impresif, dan terlalu mengandalkan kemampuan individual.
Penyebab ‘Star Syndrome’
Ada beberapa dinamika yang dapat menjelaskan fenomena ini.
Perombakan besar-besaran skuad asing, di mana seluruh legiun asing musim lalu—termasuk Tyronne del Pino, Ciro Alves, dan David da Silva—digantikan dengan wajah-wajah baru. Meski untuk regenerasi, proses adaptasi tentu membutuhkan waktu.
- Kurangnya chemistry antarlini, terutama di lini depan, di mana duet baru seperti Uilliam Barros dan Ramon Tanque belum konsisten mencetak gol.
- Barros sendiri meski sudah mencetak dua gol dari tiga laga, masih dianggap belum tajam dalam penyelesaian akhir.
- Efek kuota pemain asing yang melimpah, di mana kini setiap klub boleh mendaftarkan hingga delapan atau bahkan sebelas pemain asing.
- Tekanan agar langsung tampil dan adap berkontribusi menciptakan beban ekspektasi tinggi—yang berisiko menimbulkan istilah “star syndrome” ketika hasil belum sesuai.