Geger! Carlo Ancelotti Coret Neymar dan Vinicius dari Timnas Brazil

Vinicius dan Neymar
Vinicius dan Neymar dicoret dari Timnas Brazil Foto: vinijr dan Neymar ig
0 Komentar

Jika dipikir logis, ini seperti skenario “pembersihan” kecil. Don Carlo seakan tak mau skuad Brasil disesaki wajah-wajah yang sama. Ia ingin memotong kemungkinan “lobi Madrid” yang kerap jadi bahan gosip media Spanyol. Lebih sarkastisnya lagi, ini seperti pesan terselubung untuk para fans: “Seleção bukan cabang promosi Real Madrid.”

Padahal, publik Brasil jelas tergoda membayangkan trio Vini-Rodrygo-Endrick jadi senjata pamungkas. Namun, Ancelotti memilih menunda fantasi itu. Ia justru memanggil nama-nama yang jarang mendapat sorotan seperti Carlos Augusto, Beraldo, Leo Ortiz, hingga Andreas Pereira. Pemain yang mungkin dianggap kelas dua oleh publik Eropa, tapi justru diberi ruang untuk membuktikan diri.

Kualifikasi Piala Dunia untuk Brasil sering dianggap formalitas. Dengan tradisi lima gelar juara dunia, tiket ke putaran final hampir selalu di tangan. Inilah yang dimanfaatkan Ancelotti. Ia tidak peduli jika ada cibiran soal “melepas laga serius.” Bagi Don Carlo, inilah kesempatan emas untuk menguji pemain baru, memberi mereka tekanan laga kompetitif, bukan sekadar laga persahabatan basi.

Baca Juga:Vinicius Jr Ukir Sejarah Baru, Tinggalkan Bale di Klasemen Top Skorer MadridMantan Rekan Neymar di Brasil U-20, Diego Mauricio, Gabung Persebaya

Gerson, Antony, Danilo, hingga Ederson juga masuk dalam daftar rotasi ini. Komposisinya unik: kombinasi wajah baru dengan pemain pelapis lama. Taktiknya sederhana, siapa yang tahan tekanan, dialah yang akan tetap masuk rombongan besar ke Piala Dunia.

Dalam bahasa sarkas: Brasil kali ini bukan sedang membangun skuad, tapi sedang melakukan audisi terbuka ala reality show. Bedanya, yang menentukan bukan voting SMS, tapi Ancelotti dengan alis tebalnya yang legendaris.

Satu hal yang tak bisa dipungkiri, absennya Neymar selalu jadi bahan debat nasional di Brasil. Ada kubu yang menganggap tim nasional lebih bebas tanpa drama sang bintang. Ada pula yang menilai, mencoret Neymar sama saja dengan membuang bensin premium dari mobil balap.

Tapi sejarah menunjukkan, sepak bola bukan soal satu orang. 2002 jadi bukti terakhir Brasil berjaya dengan harmoni tim, bukan sekadar satu superstar. Ronaldinho, Rivaldo, Ronaldo, semuanya bersinar bersama. Ancelotti paham betul resep itu. Ia tidak ingin mengulang formula lama yang membuat Brasil tersungkur di dua dekade terakhir: terlalu obsesif pada satu wajah untuk dijual ke sponsor.

0 Komentar