Langkah tersebut ternyata tak dibutuhkan sebab Forest hanya finis ketujuh dan awalnya memperoleh tiket ke Conference League.
Tetapi, efektivitas blind trust dipertanyakan. Beberapa pihak meragukan jarak yang tercipta antara pemilik dan klub.
Contohnya, Marinakis terlihat tetap aktif di Forest, bahkan sempat turun ke lapangan dan adu debat dengan pelatih Nuno Espírito Santo setelah laga melawan Leicester.
Baca Juga:Dihantam di Lapangan, Newcastle Kena Sindiran Chant dari Suporter LiverpoolCalvin Verdonk Pasang Target Tinggi, Siap Jadi Bek Kiri Terbaik di Belanda
Terlepas dari polemik itu, fenomena kepemilikan multi-klub justru terus berkembang. Burnley lewat Velocity Sport Limited membeli saham minoritas di Espanyol, sementara Fenway Sports Group sedang menjajaki kerja sama dengan beberapa klub Spanyol untuk meningkatkan jaringan bersama Liverpool.)
Walau demikian, pola baru juga mulai muncul. CEO Estrella Football Group, Xander Czaikowski, menilai investor kini harus lebih berhati-hati.
“Industri ini bergerak menuju kerangka yang lebih profesional dan aturan keterlibatan yang lebih jelas,” kata Xander.
Estrella memutuskan investasi minoritas di 10–20 klub kecil dengan model non-hierarkis, berbagi platform manajemen digital, dan tak mengutamakan satu klub di atas yang lain.
Tetapi, resistensi tetap ada. Kelompok suporter Racing Strasbourg, Ultra Boys 90, menegaskan akan terus menentang kepemilikan BlueCo, perusahaan induk Chelsea, walau musim 2024/25 mereka berakhir sukses dengan melangkah ke Conference League.