Sarkasnya, mungkin City butuh lebih dari sekadar penguasaan bola 60 persen ke atas. Mereka butuh sesuatu yang nyata: gol, kemenangan, dan mental juara yang entah ke mana hilangnya.
Dua kekalahan beruntun, satu dari Spurs, satu dari Brighton, bukan hanya noda kecil di catatan Pep Guardiola. Ini alarm keras. City yang biasanya digdaya kini tampak seperti tim sepele yang mudah dipermainkan. Dan kalau Guardiola tidak segera menemukan solusi, Manchester City mungkin harus puas jadi penonton di perebutan trofi musim ini.
Untuk sementara, Brighton dan Spurs boleh tertawa puas. Manchester City? Mereka sebaiknya berhenti sombong dengan statistik, karena sepak bola tak pernah mengenal teori penguasaan bola belaka. Yang dihitung tetap sama sejak dulu: gol dan kemenangan.