RADARCIREBON.TV – Macau U-23 baru saja dipermalukan Korea Selatan 0-5. Tidak ada kejutan, tidak ada perlawanan berarti, hanya sebuah tontonan berdarah yang menggambarkan jurang kualitas. Di atas lapangan, Korea Selatan tampak seperti prajurit elit, sementara Macau hanyalah kumpulan amatir yang terseret ke arena pertarungan.
Dan kini, giliran Indonesia U-23 yang akan menguji nyali Macau di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Sabtu (6/9/2025). Dengan status tuan rumah, Garuda Muda seharusnya tidak sekadar menang. Mereka dituntut untuk tampil bengis, menyalakan amarah setelah laga pembuka yang hambar melawan Laos.
Laga Perdana yang Jadi Blunder. Rabu (3/9/2025), Indonesia membuang kesempatan emas untuk membuka jalan lolos. Lawan Laos, tim yang seharusnya bisa dihantam habis-habisan, malah berakhir dengan skor 0-0.
Baca Juga:Hasil Akhir Indonesia Vs China Taipei 6-0 : Pembantaian Di SurabayaJadwal Kick Off, Siaran TV dan Link Streaming Indonesia vs Libanon: Duel Ketat, Harga Diri Dipertaruhkan
Statistik memang indah di atas kertas: 83 persen penguasaan bola, 25 tembakan, dominasi penuh. Tapi semua itu nihil jika papan skor tetap perawan. Sepak bola bukan ajang pamer grafik, ini adalah tentang mencetak gol. Dan Garuda Muda gagal total.
Hasil itu menempatkan Indonesia dalam posisi serba salah. Melawan Makau, mereka wajib menang dengan skor mencolok. Bukan hanya demi tiga poin, tapi juga untuk menjaga moral dan memulihkan muka di depan publik sendiri.
Makau, Korban yang Siap Dihabisi. Mari jujur. Kelas Makau jauh di bawah standar Asia, bahkan di level U-23. Lawan Korea Selatan mereka terlihat seperti anak sekolah yang dipaksa melawan tentara profesional. Hanya menunggu waktu sebelum dihajar tanpa ampun.
Pertahanan mereka rapuh, koordinasi berantakan, stamina compang-camping. Singkatnya: mereka datang ke Sidoarjo bukan sebagai penantang, melainkan calon korban.
Di atas kertas, Indonesia jelas lebih unggul. Kedalaman skuad, pengalaman, hingga label tuan rumah menempatkan Garuda Muda jauh di atas angin. Kalau tidak bisa menjadikan Makau sebagai ajang pembantaian, maka patut dipertanyakan mental dan kualitas tim ini.
Tekanan untuk Gerald Vanenburg. Pelatih Gerald Vanenburg sekarang duduk di kursi panas. Hasil imbang lawan Laos jadi catatan merah. Publik tidak mau alasan, mereka mau hasil. Dan hasil yang ditunggu bukan sekadar menang tipis, melainkan kemenangan besar.