Walau polisi belum membocorkan detail identitas maupun motif, jelas bahwa penangkapan ini menjadi kunci. Motif yang selama ini jadi tanda tanya apakah karena warisan, hutang piutang, sakit hati, konflik keluarga, atau dendam pribadi atau ada motif lainnya akan segera terkuak dalam pemeriksaan intensif.
Unggahan Dedi Mulyadi: Simbol Negara Hadir. Dedi Mulyadi bukan sekadar mengucapkan terimakasih kepada pihak kepolisian. Ucapannya adalah bentuk representasi negara yang tidak membiarkan kasus ini menjadi sekadar cerita horor kampung. Dengan penangkapan ini, aparat membuktikan bahwa kejahatan boleh brutal, tapi hukum lebih kuat.
Publik yang selama ini mencibir “apakah polisi benar-benar serius?” kini dipaksa menelan kembali keraguannya. Penangkapan pelaku adalah jawaban konkret: tak ada kejahatan yang sempurna, sekalipun dikubur sedalam-dalamnya.
Baca Juga:Gubernur Jawa Barat : Pembunuh Keluarga Sahroni Sudah Tertangkap!Rumah Ahmad Sahroni Digeruduk Massa: Mobil Mewah Hingga Barang Dijarah
Paoman kini jadi pusat luka Jawa Barat. Rumah yang biasanya jadi tempat berkumpul keluarga justru berubah jadi kuburan massal. Warga masih sulit mempercayai, apalagi mengingat korban dua di antaranya anak-anak.
Namun pengungkapan kasus ini memberi sedikit harapan. Motif akan segera disibakkan. Jika benar karena harta atau dendam keluarga, maka publik akan semakin muak. Jika ada faktor lain yang lebih gelap, Indramayu akan semakin terkejut.
Penangkapan hanyalah awal. Publik menuntut keadilan yang nyata. Hukuman berat, bahkan hukuman mati, menjadi tuntutan yang mengemuka. Bagaimana tidak? Lima nyawa, termasuk bayi, telah direnggut dengan keji.
Penyidik kini punya PR besar: mengurai motif, membuktikan peran pelaku, dan menyeretnya ke meja hijau. Bagi masyarakat, inilah cara satu-satunya untuk mengobati luka yang sudah terlanjur menganga.
Tabir kasus pembunuhan Haji Sahroni sekeluarga akhirnya terkuak dengan ditangkapnya pelaku. Polisi kini tinggal membuka bab berikutnya: apa alasan di balik pembantaian ini? Apakah perebutan harta, sakit hati, atau hanya amarah gelap yang tak terkendali?
Yang jelas, publik tak lagi hanya menunggu. Mereka menuntut. Mereka ingin kepastian bahwa pelaku tidak hanya ditangkap, tapi juga dihukum setimpal.
Indramayu boleh sedikit lega, tapi luka itu tetap dalam. Pohon nangka di halaman rumah keluarga Sahroni kini bukan lagi sekadar pohon buah, melainkan saksi bisu kejahatan paling biadab yang pernah mencoreng tanah Indramayu.