RADARCIREBON.TV – Presiden Prabowo Subianto akhirnya resmi melakukan reshuffle kabinet. Lewat Keputusan Presiden Nomor 86 Tahun 2025, Purbaya Yudhi Sadewa resmi dilantik sebagai Menteri Keuangan menggantikan Sri Mulyani Indrawati. Prosesi pengangkatan berlangsung di Istana Negara, Senin (8/9), dengan penuh simbol sekaligus tanda tanya besar: mampukah Purbaya mengisi kursi yang ditinggalkan “perempuan besi” yang sudah malang melintang di panggung keuangan global?
“Mengangkat Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan,” demikian bunyi Keppres yang dibacakan, singkat, padat, tanpa basa-basi.
Publik pun langsung bereaksi. Bukan soal siapa Purbaya, namanya cukup dikenal di lingkar ekonomi dan pemerintahan, tetapi soal seberapa layak ia menggantikan Sri Mulyani, menteri yang selama era Presiden Jokowi dianggap sebagai pilar terakhir kewarasan fiskal Indonesia.
Baca Juga:Siapa Menteri yang Bakal Diganti, Sinyal Presiden Prabowo Reshuffle Kabinet Kian MenguatTanpa Hambar Pesta! Prabowo Ajak Masyarakat Umum Rayakan HUT ke-80 RI di Istana dengan Semangat Inklusif
Purbaya bukan orang baru dalam urusan ekonomi. Ia terakhir menjabat sebagai Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sejak 3 September 2020. Sebelum itu, kariernya berkelindan antara pemerintahan, riset, hingga dunia pasar modal.
Ia lulusan teknik elektro ITB, lalu meraih master dan doktor ilmu ekonomi di Purdue University, Indiana, Amerika Serikat. Purbaya sempat menjadi Field Engineer di Schlumberger Overseas SA (1989–1994), lalu banting setir menjadi ekonom di Danareksa. Kariernya menanjak: Chief Economist Danareksa Research Institute, Direktur Utama PT Danareksa Securities, hingga anggota dewan direksi PT Danareksa (Persero).
Di pemerintahan, Purbaya mondar-mandir di berbagai kementerian. Ia pernah menjadi Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi di Kemenko Marves era Luhut Binsar Pandjaitan, staf khusus di Kemenko Polhukam, hingga Kantor Staf Presiden. Singkat kata, Purbaya adalah “orang lama” yang sudah kenyang pengalaman birokrasi dan ekonomi.
Namun pengalaman panjang bukan jaminan sukses. Apalagi kursi yang kini ia duduki bukan kursi sembarangan: Menteri Keuangan adalah posisi paling vital setelah Presiden dan Menteri Pertahanan. Di tangan seorang Menkeu, APBN bisa jadi berkah pembangunan atau jebakan hutang.
Di sinilah persoalan sesungguhnya. Sri Mulyani, suka atau tidak suka, sudah meninggalkan standar yang sulit ditandingi. Di era Jokowi, ia jadi “rem tangan” kala ambisi pembangunan nyaris menggilas batas fiskal. Di panggung internasional, ia dihormati sebagai ekonom kelas dunia. Bahkan lawan politiknya pun yang sering mengkritik pajak atau utang tak bisa menampik kapabilitasnya.