Selain Barba, ada dua nama lain yang membuat laga ini semakin panas: Thom Haye dan Eliano Reijnders. Duo Timnas Indonesia yang baru bergabung ke Persib ini berpotensi langsung tampil. Jika benar dimainkan, laga kontra Persebaya akan menjadi panggung pembuktian mereka: apakah layak disebut bintang atau sekadar turis sepak bola yang singgah di Liga Super.
Seperti biasa, Persib selalu datang dengan status “harapan baru.” Setiap musim, setiap transfer, selalu ada janji perbaikan, selalu ada jargon bangkit, selalu ada target juara. Namun di lapangan, perjalanan tidak pernah semudah brosur promosi. Bojan Hodak sebagai nakhoda pun tak luput dari sorotan.
Hodak tahu betul, jika timnya kembali tersandung di kandang, kritik tidak akan sekadar datang dari tribun, tapi juga dari layar kaca, media sosial, hingga meja analisis warung kopi. Bobotoh tidak pernah benar-benar sabar. Mereka bisa loyal mati-matian, tapi juga bisa mencaci habis-habisan jika merasa dikhianati performa.
Baca Juga:Debutan Baru Persib! Thom Haye & Eliano Reijnders Siap Panaskan Laga Kontra PersebayaPrediksi Persib Bandung vs Persebaya Surabaya Liga Super 2025/2026: Saatnya Haye-Elino Tampil Perdana?
Maka, laga lawan Persebaya ini lebih dari sekadar pertandingan pekan kelima. Ini adalah ujian kepercayaan. Jika Persib gagal menunjukkan dominasi di kandang sendiri, bayang-bayang krisis akan datang lebih cepat dari perkiraan.
Sementara itu, Persebaya datang tanpa beban berlebihan. Edu Perez cenderung realistis: tidak banyak rombak, tidak banyak gimmick, tapi efektif. Rivera dan Moreira menjadi mesin pencetak peluang, sementara lini belakang dipagari oleh bek-bek yang terbiasa dengan duel keras.
Sejarah mencatat, setiap pertemuan Persib dan Persebaya selalu menghadirkan tensi tinggi, bahkan nyaris selalu berujung kontroversi. Dari gol-gol dramatis hingga adu mulut antar pemain, dari wasit yang jadi bulan-bulanan kritik hingga duel taktis antar pelatih. Itulah kenapa laga ini layak disebut super big match.
Persebaya memang tidak datang untuk pesta ulang tahun. Mereka datang untuk menodai perayaan. Jika Persib berpikir bisa menang hanya dengan modal sorak-sorai tribun, mereka salah besar. Bajul Ijo justru sering kali menikmati peran sebagai pengganggu pesta, tamu yang merusak dekorasi, dan pencuri poin di kandang lawan.