RADARCIREBON.TV- Malam itu, Stadion Ullevaal di Oslo menjadi saksi salah satu hasil paling mencolok sepanjang sejarah kualifikasi Piala Dunia, Norwegia menghujani gawang Moldova dengan total 11 gol, sementara kiper Cristian Avram hanya mampu mencetak satu gol balasan untuk negaranya, menciptakan skor akhir 11-1.
Bagi Moldova, ini merupakan kekalahan terberat dalam sejarah mereka. Striker Manchester City, Erling Haaland, menjadi sosok paling bersinar.
Ia mengawali pesta gol dengan membantu gol pembuka sebelum menyarangkan lima gol sendiri, termasuk hat-trick di babak pertama. Kemasannya di babak kedua menambah padu dominasi Norwegia.
Baca Juga:Bos Haaland dan Aasgaard: Norwegia Hancurkan Moldova 11-1 dalam Malam Gemilang Kualifikasi Piala DuniaBukan Haaland, Ini Pemain Keturunan Indonesia yang Jadi Bintang Manchester City Ketika Melawan Palermo!
Bahkan, pemain pengganti Thelo Aasgaard turut mencatatkan empat gol, sedangkan satu gol tim tamu tercipta melalui gol bunuh diri dari pemain Norwegia.
Haaland, “It’s Not My Fault” Sekedar Profesional atau Penyemangat
Meski mencetak lima gol, Haaland menunjukkan sikap yang memikat usai pertandingan, ia mendatangi Avram dan berkata, “It’s not my fault” menegaskan bahwa skor besar itu bukan kesalahan kiper lawan, melainkan konsekuensi permainan yang memang harus dijalani.
Haaland juga menjelaskan bahwa timnya perlu terus menjaga tingkat produktivitas demi memperkuat selisih gol yang bisa menentukan jalan menuju Piala Dunia. Cristian Avram kemudian mengamini bahwa pesan itu benar-benar membuatnya merasa lebih baik.
Pesan Haaland pendek tetapi dalam seperti menyampaikan bahwa setiap orang memiliki perannya dalam olahraga, dan terkadang, tim lawan hanya menjadi ‘korban’ dalam perburuan angka. Bagi Avram, itu adalah suntikan semangat yang tak terduga tapi berarti.
Statistik Brutal dan Implikasi di Klasemen Grup I
Norwegia kini duduk di puncak klasemen Grup I dengan sepenuhnya meraih 15 poin dari lima pertandingan unggul enam poin atas Italia yang masih memiliki satu laga tersisa. Hasil ini meningkatkan peluang mereka untuk lolos otomatis ke Piala Dunia untuk pertama kalinya sejak 1998.
Pelatih Norwegia, Stale Solbakken, mengaku bahwa ambisi Norwegia memang mengerucut pada jumlah gol dan selisih angka, menyadari bahwa potensi akhir grup bisa saja tergantung kemampuan mencetak banyak gol.