Begitu kaki Mastantuono menjejak rumput, teriakan penonton langsung menggema. Mereka tahu, momen itu bukan biasa-biasa saja. Melihat nomor 10 dipakai oleh orang lain selain Messi adalah peristiwa langka, yang seolah mengandung nuansa mistis.
Ada yang kagum, ada yang terkesima, ada pula yang skeptis. Namun satu hal pasti: malam itu, Franco Mastantuono menulis sejarahnya sendiri.
Setiap sentuhan bola yang ia lakukan disorot kamera. Setiap pergerakan kecilnya diikuti puluhan ribu pasang mata. Dan meski tak mencetak gol atau memberikan assist spektakuler, keberanian serta ketenangan bocah 17 tahun itu membuat banyak orang percaya: Argentina sedang menyiapkan pewaris takhta.
Baca Juga:Debut Biasa Mastantuono dan Gonzalo García: Ekspektasi Tinggi, Performa Biasa Saja!Baru Gabung Real Madrid, Franco Mastantuono Malah Puji Messi: “Idola Saya!”
Mengenakan nomor 10 Argentina sama artinya dengan menerima amanat besar dari sejarah. Nomor itu bukan sekadar kostum, melainkan representasi harapan sebuah bangsa yang menjadikan sepak bola sebagai agama kedua.
Bagi Mastantuono, ini tentu sebuah kebanggaan yang luar biasa. Namun di saat bersamaan, ia juga tahu bahwa setiap langkahnya kini akan diperbandingkan. Ia akan terus dibayang-bayangi Messi, Maradona, Riquelme, dan deretan legenda lainnya.
“Nomor 10 adalah tanggung jawab. Bukan hadiah, bukan sekadar nomor. Siapapun yang memakainya harus siap menanggung ekspektasi publik Argentina,” demikian komentar seorang jurnalis olahraga ternama Argentina di siaran televisi setelah laga.
Nomor 10 Argentina memang selalu melahirkan kisah. Mario Kempes pernah mengangkat Piala Dunia 1978 dengan nomor ini di punggungnya. Diego Maradona menciptakan “Gol Abad Ini” melawan Inggris pada 1986 dengan nomor 10 yang melekat pada tubuh mungilnya. Lionel Messi mengubah airmata kegagalan menjadi air mata kebahagiaan di Qatar, juga dengan nomor 10.
Kini, meski hanya sementara, Franco Mastantuono adalah bagian dari silsilah panjang itu. Dan meski ia mungkin akan kembali ke nomor lain ketika Messi kembali bermain, momen ini akan tercatat sebagai salah satu babak awal dalam perjalanan kariernya.
Absennya Messi sering dianggap bencana bagi Argentina. Namun kenyataannya, tim peringkat pertama FIFA itu selalu memiliki kedalaman skuad yang mengagumkan. Dari Lautaro Martínez hingga Julián Álvarez, dari Rodrigo De Paul hingga Enzo Fernández, setiap lini dihuni nama besar.