Contoh paling nyata adalah kasus Piala Dunia Antarklub. Turnamen tersebut bisa berlangsung di Amerika Serikat berkat dukungan dana miliaran dolar dari Arab Saudi.
Bahkan Sepp Blatter, mantan Presiden FIFA yang terlibat dalam kasus korupsi, mengungkapkan bahwa Arab Saudi telah “menguasai kendali sepak bola internasional. ”
Tak heran jika penunjukan tuan rumah untuk kualifikasi dianggap lebih dari sekadar masalah sepak bola, melainkan juga merupakan langkah dalam strategi geopolitik.
Baca Juga:Laga Uji Coba Internasional! Siaran Langsung Timnas U17 vs Makedonia Utara 2025Jadwal Timnas U17 Indonesia vs Macedonia Utara Laga Uji Coba 2025, Live Siaran TV dan Streaming
FIFA di bawah Gianni Infantino juga dilaporkan semakin dekat dengan Qatar, hingga muncul isu bahwa presiden tersebut mendapatkan fasilitas khusus di Doha sejak tahun 2021.
Dali Taher, mantan anggota Komite Eksekutif FIFA, merasa prihatin dengan posisi Indonesia yang hampir tidak memiliki pengaruh di tingkat AFC.
“Jika kita tidak memiliki wakil di Exco, otomatis kita hanya menjadi pihak yang diatur, bukan pengatur,” ujarnya kepada media.
Realitas ini membuat Indonesia semakin kesulitan melawan pengaruh lobi-lobi Arab. Indonesia, yang merupakan negara terbesar ketiga di Asia dari segi populasi, ternyata tidak memiliki kursi di AFC, sementara negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, Laos, dan Filipina justru memiliki wakil.
Di tengah situasi politik yang merugikan, PSSI menekankan bahwa perjuangan Indonesia belum berakhir.
Program naturalisasi, pengembangan kualitas liga, serta pengalaman pemain di luar negeri dianggap berpotensi menjadi modal untuk menghadapi ketidakadilan sistem.
“Meski Indonesia tak dapat menandingi kekuatan finansial Arab, semangat untuk menuju Piala Dunia harus tetap hidup,” ujar Dali Taher dengan tegas.
Baca Juga:Jadwal Timnas Indonesia Putaran 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026 Grup BIndonesia U-23 Gagal ke Putaran Final: Pelajaran dari Piala Asia U-23 2024
Saat ini, perhatian tertuju pada Timnas Garuda. Apakah anak didik Patrick Kluivert mampu menerobos hambatan politik dan keuangan yang kuat?
Atau sekali lagi, impian Indonesia harus berakhir bukan karena kekalahan di lapangan, tetapi karena kalah di meja negosiasi FIFA dan AFC?
Yang jelas, sepak bola kini lebih dari sekadar olahraga; ia telah menjadi pertarungan untuk mendapatkan pengaruh di kancah global.
Dalam konteks ini, Indonesia harus menemukan cara agar tidak selamanya menjadi korban dari ketidakadilan pilihan.