Video itu langsung mengumpulkan ratusan ribu tanda suka hanya dalam waktu 24 jam. Di kolom komentar, warganet membanjiri pujian sekaligus permintaan untuk dibuatkan versi karakter lain.
•Kreativitas vs Kekhawatiran
Namun, sebagaimana tren AI sebelumnya, fenomena ini juga menuai pro dan kontra. Dari sisi positif, banyak yang melihatnya sebagai sarana berekspresi sekaligus hiburan kreatif.
“Ini cara baru orang menyalurkan imajinasi. Kita bisa melihat versi animasi diri sendiri tanpa harus jadi animator,” ujar seorang pengguna yang aktif mencoba berbagai prompt.
Baca Juga:Bagaimana Gemini AI Membuat Foto Liburan Luar Negeri Terlihat Benar-Benar NyataGemerlap Fotosintetik: 15 Cara Memaknai Foto Gunung Estetik & Dramatis dengan Gemini AI
Di sisi lain, sejumlah pihak mengingatkan adanya risiko. Pertama, potensi penggunaan foto pribadi oleh pihak tak bertanggung jawab yang dapat memunculkan masalah privasi.
Kedua, kekhawatiran terkait hak cipta karena gaya visual Disney merupakan karya berlisensi. Meski hasil dari Gemini AI bukan tiruan langsung, kesamaan estetika dinilai bisa memicu perdebatan hukum di masa mendatang.
Sejumlah pakar juga menilai bahwa tren ini sebaiknya dipandang sebagai eksperimen kreatif, bukan konsumsi komersial.
“Selama dipakai untuk hiburan personal dan konten media sosial, dampaknya relatif aman. Masalah baru akan muncul jika hasil modifikasi dijual atau dipromosikan sebagai karya resmi,” jelas seorang analis teknologi digital.
•Potensi Bisnis dan Masa Depan AI Kreatif
Terlepas dari kontroversinya, tren ini membuka peluang besar di dunia digital kreatif. Agensi pemasaran mulai melirik cara memanfaatkan filter ala Disney untuk kampanye iklan.
Sementara itu, sejumlah kreator konten memonetisasi keterampilan mereka dalam menyusun prompt dengan menjual paket kata kunci khusus kepada pengguna lain.
Tak hanya itu, industri hiburan pun diyakini bisa memanfaatkan tren ini untuk mendekatkan diri dengan penggemar. Bayangkan jika studio besar merilis aplikasi resmi yang memungkinkan penggemar mengubah wajah mereka menjadi karakter animasi kesukaan. Hal tersebut berpotensi menciptakan pasar baru yang menguntungkan.
•Transformasi Digital yang Tak Terbendung
Baca Juga:Setelah Imbang di ACL Two, Eliano Reijnders dan Persib Bandung Alihkan Fokus ke Arema FCEmil Audero: Mengakui Indonesia Bukan Favorit, Tapi Tetap Kejar Tiket Piala Dunia 2026
Tren “ubah wajah jadi karakter Disney” lewat Gemini AI adalah bukti lain betapa cepatnya masyarakat mengadopsi teknologi baru. Dalam hitungan hari, ide sederhana bisa menjelma menjadi fenomena global, didorong oleh daya sebar media sosial.