Rabiot Jadi Raja Baru di Lini Tengah Milan, Duet Maut Dengan Modric 

Adrien Rabiot
Adrien Rabiot jadi raja baru lini tengah AC Milan Foto : Adrien Rabiot
0 Komentar

“Ini perekrutan terbaik,” begitu kira-kira bunyi pujian singkat Don Fabio. Kalimat sederhana, tapi efeknya lebih keras daripada tepuk tangan di San Siro.

Tentu, kisah Rabiot tidak berdiri sendiri. Kehadiran Luka Modric, yang tampaknya menolak pensiun dengan tenang di Spanyol, juga mengubah dinamika lini tengah Milan. Jika musim lalu sektor tengah Rossoneri mirip spons bocor yang gampang ditembus, kini ia berubah menjadi tembok dengan lapisan granit.

Modric membawa otak, Rabiot membawa otot. Hasilnya? Milan punya lini tengah yang bukan hanya tangguh, tapi juga elegan. Lawan mana pun kini harus siap menanggung frustrasi ketika mencoba merebut bola.

Baca Juga:Pengganti Stadion San Siro Senilai 1 Miliar Euro, AC Milan dan Inter Milan Pilih Arsitek Old TraffordGimenez, Nkunku, Pulisic Bersinar, AC Milan Berhasil Taklukkan Lecce

Ingat, musim lalu Milan sering kehilangan ritme hanya karena lini tengah mereka mudah dipatahkan. Kini, sektor itu justru jadi senjata pamungkas. Sebuah ironi yang manis, dan menyakitkan bagi rival.

Menariknya, karier Rabiot pernah diwarnai stigma. Di PSG, ia dicap “Le Parisien malas,” pemain berbakat tapi setengah hati. Di Juventus, ada fase ia dianggap sekadar pelengkap. Namun Allegri-lah yang mampu merangkai ulang puzzle sang gelandang.

Kini, di Milan, stigma itu hancur berantakan. Rabiot bermain dengan determinasi, mengisi ruang, memotong bola, sekaligus mengatur tempo. Ia bahkan tampil seperti pemimpin baru, tanpa harus mengenakan ban kapten.

Bagaimana cara Allegri melakukannya? Mungkin rahasia dapur yang hanya ia dan Rabiot pahami. Tapi satu hal jelas: pemain ini akhirnya menemukan panggung sempurna untuk menunjukkan siapa dirinya sebenarnya.

Mari kita jujur: membiarkan Rabiot tetap berada di lapangan ketika skor sudah 3-0 bukan keputusan yang logis dalam kamus sepak bola modern. Risiko cedera? Sangat nyata. Energi terbuang? Pasti.

Tapi Allegri, dengan gaya khasnya, seolah ingin berkata: “Ini bukan sekadar pertandingan melawan Lecce. Ini pengumuman kepada dunia. Rabiot adalah pusat Milan saya.”

Dan di sinilah sarkasmenya: lawan-lawan Milan yang sebelumnya mungkin tertawa melihat Rossoneri belanja pemain veteran dan ‘buangan’ justru kini harus menghadapi kenyataan pahit. Rabiot, pemain yang dianggap tak konsisten, justru menjelma menjadi motor baru di San Siro.

0 Komentar