Diskusi Dengan Petani, Ono Surono dan Bambang Mujiarto ST Turun Ke Sawah Sapa Petani, Tampung Aspirasi Petani

PDI Perjuangan
Kader PDI Perjuangan berdiskusi dengan petani Foto : radarcirenon.tv
0 Komentar

RADARCIREBON.TV – Ada momen yang jarang terjadi di panggung politik Jawa Barat: seorang wakil rakyat benar-benar turun ke lumpur, menyapa petani, lalu berbicara bukan dari podium mewah berpendingin udara, melainkan di bawah terik matahari sawah.

Wakil Ketua DPRD Jawa Barat, Ono Surono, STdan Ketua Komisi II DPRD Jawa Barat, Bambang Mujiarto ST, dalam sebuah pertemuan akbar bersama para petani se-Jawa Barat di Desa Matangaji, Cirebon, Minggu (28/9).

“Bangsa ini hanya akan makmur jika berdiri di atas kaki sendiri. Dan kunci dari semua itu adalah petani. Bagaimana orang bisa berpikir, berjuang, apalagi berdoa dengan mustajab jika perutnya kosong? Maka petani adalah pejuang sejati bangsa ini.”ujar Ono.

Baca Juga:Ono Surono Bongkar Sederet Kontroversi KDM: Soal Bankeu, Bansos, Hingga Barak MiliterOno Surono Sosialiasikan Perda Desa Wisata Kepada Masyarakat Indramayu – Video

Kalimat itu meluncur deras, disambut anggukan para petani yang wajahnya legam oleh matahari, tangannya kapalan oleh cangkul, dan kakinya penuh lumpur. Mereka paham, pernyataan itu bukan sekadar orasi kosong, melainkan jeritan hati yang sudah lama mereka simpan.

Ono menegaskan, petani adalah pejuang yang tidak butuh medali. Mereka tidak butuh penghargaan seremonial, tidak menunggu piagam yang dipajang di balai desa. Yang mereka mau sederhana: anaknya bisa sekolah tinggi, kuliah, jadi PNS, jadi tentara, atau apa saja yang lebih baik dari nasib bapaknya.

Ironisnya, kata Ono, justru sangat jarang anak petani yang ingin jadi petani lagi. “Mereka melihat bapaknya banting tulang, pagi ke sawah pulang sore, tapi hidup masih pas-pasan. Mana ada yang mau meneruskan profesi itu?” sindirnya.

Sarkasme itu bukan untuk menyudutkan, tapi untuk menggambarkan betapa absurdnya bangsa yang makan nasi tiga kali sehari tapi tidak memuliakan penanam padi. Betapa ironisnya slogan Indonesia negara agraris, tapi lahan sawah justru terus menyusut, pupuk mahal, dan petani kerap merugi.

Dalam dialog dengan petani, sederet masalah klasik kembali diulang. Masalah yang dari tahun ke tahun hanya ganti nama, tapi akar persoalannya tetap sama.

1. Lahan. Mayoritas petani tak punya lahan. Data nasional menyebut rata-rata kepemilikan petani hanya 0,2 hektare atau 2.000 meter persegi. “Kalau panen, hasilnya tidak cukup untuk bayar sewa, apalagi hidup layak,” ujar seorang petani dengan nada getir.

0 Komentar