Diskusi Dengan Petani, Ono Surono dan Bambang Mujiarto ST Turun Ke Sawah Sapa Petani, Tampung Aspirasi Petani

PDI Perjuangan
Kader PDI Perjuangan berdiskusi dengan petani Foto : radarcirenon.tv
0 Komentar

2. Infrastruktur. Jalan usaha tani rusak, saluran irigasi sering mampet. Air tidak lancar, padi kering sebelum panen. “Yang lancar cuma janji politisi saat kampanye,” celetuk petani lain, disambut tawa getir hadirin.

3. Pupuk. Tidak hanya mahal, distribusinya sering tak jelas. Pupuk subsidi bagai hantu: ada di daftar, hilang di lapangan.

4. Alsintan (Alat Mesin Pertanian). Modernisasi seharusnya meringankan, tapi justru menimbulkan masalah baru. Combain harvester memang cepat, tapi mengurangi tenaga kerja buruh tani. Habis panen, jerami malah dibakar, bukan dikelola.

5. Obat-obatan dan pestisida. Harga melambung, kualitas tidak selalu terjamin.

Baca Juga:Ono Surono Bongkar Sederet Kontroversi KDM: Soal Bankeu, Bansos, Hingga Barak MiliterOno Surono Sosialiasikan Perda Desa Wisata Kepada Masyarakat Indramayu – Video

6. Permodalan. Bank sulit memberikan pinjaman pada petani. “Kalau pengusaha besar gampang, petani kecil diminta jaminan macam-macam,” sindir Ono.

7. Benih unggul. Indonesia masih kesulitan menghasilkan benih padi yang tahan hama, tahan banjir, sekaligus produktif tinggi.

8. Stabilisasi harga gabah,

9. Penyewa lahan tidak masuk RDKK sehingga tidak bisa mengakses pupuk

Menurut Ono, Padahal, potensi padi varietas lokal seperti Sertani atau MSP bisa mencapai 8 ton gabah basah per hektare. Bayangkan, jika pengelolaan dilakukan benar, petani bisa makmur. Tapi lagi-lagi, masalah teknis, tata kelola, hingga kebijakan membuat hasil panen tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan.

Dulu panen dilakukan dengan ani-ani, lalu arit, berkembang ke mesin. Kini combain menjamur, tapi efek sosialnya justru menyakitkan. “Buruh tani kehilangan kerja, jerami dibakar, ekosistem rusak. Harus ada skema pembagian yang adil,” tegas Ono.

Ia bahkan menyinggung tren baru: penyemprotan menggunakan drone. “Cepat memang, tarifnya Rp250 ribu per hektare. Tapi ini juga PR, bagaimana agar teknologi bisa diakses petani kecil, bukan hanya segelintir orang,” katanya.

Satu masalah yang paling mencolok adalah regenerasi. Anak muda ogah melirik sawah. Mereka lebih suka jadi pekerja pabrik, ojol, atau merantau ke kota. Sawah dianggap jalan buntu, bukan masa depan.

“Kalau ini tidak diselesaikan, jangan heran sepuluh tahun lagi kita impor semua pangan. Dari beras, cabai, sampai singkong,” sindir Ono.

Baca Juga:FT : Crystal Palace Vs Liverpool 2-1, Liverpool Dua Kali Dikalahkan Crystal PalaceFT : Atletico Madrid Vs Real Madrid 5-2, Pasukan Xabi Alonso Hancur Berkeping-keping, Real Madrid Dibantai

Acara di Desa Matangaji itu bukan sekadar seremonial Hari Tani. Ketua Komisi II DPRD Jawa Barat, Bambang Mujiarto, ST, menegaskan, forum dialog itu adalah ruang strategis. Bukan sekadar mendengar curhat petani, tapi menyerap pandangan mereka untuk dijadikan kebijakan nyata.

0 Komentar