Gedung Ponpes Al Khoziny di Sidoarjo Runtuh 3 Orang Meninggal Dunia

ambruk ponpes al khoziny sidoarjo. Foto: tangkapan layar depan radarcirebon.tv
ambruk ponpes al khoziny sidoarjo. Foto: tangkapan layar depan radarcirebon.tv
0 Komentar

RADARCIREBON.TV Tim SAR gabungan memastikan penyebab ambruknya bangunan tiga lantai mushala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny Sidoarjo, Jawa Timur, karena kegagalan konstruksi.

Bangunan yang difungsikan sebagai mushala tiga lantai di area asrama putra Ponpes Al Khoziny Sidoarjo itu menimpa para santri saat sedang melakukan shalat ashar sekitar pukul 15.00 WIB, Senin (29/9/2025).

Penanganan dan evakuasi masih berjalan hingga saat ini. Sebanyak 91 orang diperkirakan masih tertimbun reruntuhan bangunan.

Berikut rangkuman faktanya:

Baca Juga:Sertifikasi Tanah Tempat Ibadah Dan Ponpes – VideoBeasiswa Santri BAZNAS 2025 Resmi Dibuka, Peluang Besar Bagi Generasi Pesantren

  1. Bangunan Ponpes Diduga Tak Miliki IMB

Bupati Sidoarjo Subandi menyoroti pembangunan Ponpes Al Khoziny yang diduga tidak memiliki izin mendirikan bangunan (IMB), di mana hal itu terbukti saat dirinya meninjau lokasi dan menemukan bangunan tiga lantai tersebut berdiri tanpa dokumen resmi.

“Ini saya tanyakan izin-izinnya mana, tetapi ternyata nggak ada, ngecor lantai tiga, karena konstruksi tidak standar, jadi akhirnya roboh,” kata Subandi, Selasa (30/9/2025).

2. Bangunan Awalnya Hanya Direncanakan Satu Lantai

Pakar Teknik Sipil Struktur ITS, Mudji Irmawan, menyebut bangunan ponpes sejak awal direncanakan hanya satu lantai, namun karena penambahan jumlah santri kemudian dipaksakan hingga tiga lantai tanpa perencanaan teknis yang matang.

“Kalau kita lihat sejarah pembangunan ruang kelas pondok pesantren ini awalnya merupakan bangunan yang direncanakan cuman satu lantai,” kata Mudji, Selasa (30/9/2025).

3. Beban Bangunan Bertambah hingga Tidak Mampu Ditopang

Menurut Mudji, penambahan lantai tanpa perhitungan membuat beban bangunan meningkat drastis, dari yang seharusnya hanya menanggung 100% menjadi berlipat hingga 300%, sehingga konstruksi tidak mampu lagi menahan tekanan.

“Nah, ini jadi masalah bebannya yang tadinya 100% jadi 200%, jadi 300%. Itu menyebabkan salah satu faktor utama yang membuat bangunan lantai satu, lantai dua tidak cukup mampu menerima beban yang ada di kerja,” jelasnya.

4. Proses Belajar Tetap Berjalan di Tengah Pengecoran

Mudji juga menyoroti kegiatan belajar mengajar di ponpes tetap berlangsung meskipun pengecoran lantai tiga tengah dilakukan, kondisi ini membuat risiko semakin besar ketika bangunan dalam keadaan tidak stabil.

Baca Juga:Rumah Ambruk Dihuni 4 Kepala Keluarga Di Desa Cempaka – VideoSiswa SD Belajar Dalam Bayang-Bayang Keruntuhan Bangunan – Video

“Struktur bangunan atau konstruksi bangunan yang sedang dikerjakan tiga lantai tersebut menjadi tidak stabil atau labil. Celakanya di lantai satu masih dipakai untuk kegiatan belajar, ngaji,” tegasnya.

0 Komentar