RADARCIREBON.TV – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut ambruknya bangunan Pondok Pesantren Al-Khoziny di Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, sebagai salah satu bencana dengan jumlah korban terbesar sepanjang tahun 2025. Hingga hari ketujuh proses pencarian, tercatat 53 orang meninggal dunia dan 13 lainnya masih hilang.
Deputi Penanganan Darat BNPB, Mayor Jenderal TNI Budi Irawan, mengungkapkan hal itu saat memberikan keterangan di posko BNPB sekitar lokasi kejadian, Senin (6/10). Ia menyebut peristiwa ini menjadi sorotan nasional karena skala korban yang begitu besar.
“Kami baru saja mendapat laporan dari Kapusdatin, bahwa peristiwa di Ponpes Al-Khoziny ini merupakan bencana dengan jumlah korban terbesar sepanjang 2025,” kata Budi.
Baca Juga:Gedung Ponpes Al Khoziny di Sidoarjo Runtuh 3 Orang Meninggal DuniaSantri Ponpes Al Khairiyah Panik Saat Banjir – Video
Ia menjelaskan, jika dibandingkan dengan sejumlah bencana alam lain yang terjadi tahun ini, seperti gempa bumi di Poso dan banjir bandang di Bali, jumlah korban di Sidoarjo jauh lebih banyak. “Gempa Poso hanya menelan dua korban jiwa, banjir di Bali 18 korban. Di sini lebih dari 50 orang meninggal. Ini angka yang luar biasa besar,” ujarnya dengan nada serius.
Budi menegaskan, Presiden Prabowo Subianto telah memberikan atensi khusus terhadap tragedi ini. Kepala BNPB mendapat instruksi langsung untuk memastikan seluruh proses evakuasi, identifikasi korban, dan penanganan keluarga korban berjalan cepat dan transparan.
“Atas perintah Bapak Presiden, Kepala BNPB diminta turun langsung memastikan semua tertangani. Negara tidak boleh abai terhadap musibah sebesar ini,” tegasnya.
Tragedi memilukan itu bermula pada saat proses pengecoran lantai empat bangunan baru di kompleks pondok pesantren. Diduga kuat terjadi kegagalan konstruksi yang menyebabkan seluruh struktur runtuh seketika. Naas, di waktu bersamaan, puluhan santri sedang menunaikan salat Asar berjemaah di lantai bawah bangunan. Ambruknya beton dan besi cor menghantam ruang salat dan asrama di bawahnya, menimbun para santri dalam hitungan detik.
Tim SAR gabungan dari BNPB, Basarnas, TNI, Polri, dan relawan terus bekerja siang malam. Proses evakuasi berjalan sulit karena tumpukan material berat serta kondisi cuaca yang kerap berubah. Setiap korban yang ditemukan langsung dievakuasi ke posko identifikasi di RSUD Sidoarjo.