1. Marselino Ferdinan
Sebagai pemain muda, Marselino langsung disebut-sebut sebagai salah satu favorit Kluivert. Dalam pengenalan dirinya sebagai pelatih, Kluivert secara khusus menyebut nama Marselino, memuji talenta lokal dan performanya (termasuk gol-gol pentingnya).
2. Justin Hubner, Ivar Jenner
Dua pemain berdarah keturunan / pemain luar negeri yang mulai mendapatkan peluang sejak masa Kluivert. Namun status mereka kadang tergantung pada pemanggilan dan kondisi kompetisi internasional, termasuk apakah mereka bisa dimainkan di Timnas senior atau digeser ke U-23.
•Alasan Di Balik Pergeseran
Mengapa Kluivert melakukan rotasi atau “pengurangan kepercayaan” pada beberapa nama populer di era sebelumnya? Beberapa alasan yang muncul antara lain.
1. Menit Bermain di Klub
Baca Juga:Babak Baru Timnas Indonesia: Ini 3 Target Besar yang Wajib Dikejar Setelah Era Patrick Kluivert BerakhirResmi Berpisah! PSSI dan Patrick Kluivert Akhiri Kerja Sama Lebih Awal Lewat "Mutual Termination"
Salah satu syarat yang ditekankan Kluivert adalah bahwa pemain harus memiliki menit bermain yang cukup di klubnya. Bila seorang pemain kurang tampil atau duduk di bangku cadangan terlalu sering, hal ini bisa mempengaruhi kondisi fisik, kepercayaan diri, dan kesiapan untuk bermain di tingkat internasional.
2. Kondisi Fisik dan Cedera
Beberapa pemain belum pulih sepenuhnya dari cedera, seperti Ivar Jenner yang disebut mengalami kekambuhan. Cedera menjadi alasan yang cukup besar kenapa pemain lama belum tampil optimal di bawah pelatihan Kluivert.
3. Strategi Keseluruhan dan Pengelolaan Skuad
Kluivert tampaknya memiliki pendekatan berbeda, yang lebih memperhatikan keseimbangan antara pemain muda lokal, pemain keturunan, dan pemain di luar negeri. Ia juga memperhatikan dinamika tim, kondisi mental, dan kerja sama tim secara keseluruhan, bukan hanya individu.
•Reaksi Publik dan Tantangan ke Depan
Keputusan yang diambil Kluivert ini tidak lepas dari respons masyarakat sepak bola. Ada yang menghargai langkah baru ini agar fokus pada performa dan meritokrasi, bukan sekadar nama besar atau reputasi masa lalu. Namun di sisi lain, ada juga yang kecewa, terutama suporter yang sudah terbiasa melihat nama-nama lama sebagai jantung Timnas.
Tantangan terbesar bagi Kluivert adalah membuktikan bahwa perubahannya membawa hasil positif. Dalam kualifikasi Piala Dunia 2026 dan turnamen-turnamen lainnya, performa akan menjadi tolok ukur apakah pergantian arah ini tepat.