Setelah gol itu, Juventus mencoba menekan balik. Tapi upaya itu seperti menembak nyamuk dengan ketapel di tengah badai. Empat kali tembakan Juventus mengarah ke gawang, dan semuanya ditepis kiper Madrid dengan mudah. Total operan Juventus hanya 311 kali,
Kondisi itu membuat para fans Juventus hanya bisa menggeleng. Klub sebesar Juventus, yang dulu punya reputasi baja dan ketegasan khas Italia, kini tampil seperti tim papan tengah Serie A yang sedang berlibur di Spanyol. Permainan mereka membosankan, tanpa arah, dan bergantung penuh pada keajaiban Di Grigerio.
Jika bukan karena sang kiper, Juventus mungkin sudah tenggelam di lautan peluang Madrid. Pertahanan mereka bolong, lini tengah mereka tumpul, dan penyerang mereka seperti kehilangan instruksi GPS untuk menemukan kotak penalti lawan.
Baca Juga:Duel Panas El Clasico! Real Madrid Tantang Barcelona untuk Rebut Puncak Klasemen LaLiga Live di VidioMental Baja di Bernabéu: Xabi Alonso Ubah Real Madrid Jadi Mesin Kemenangan
Di sisi lain, Madrid menunjukkan sesuatu yang lebih penting dari sekadar menang mereka menunjukkan karakter. Tim ini haus akan penguasaan, lapar akan kemenangan, dan disiplin dalam menekan. Kombinasi Alonso sebagai pelatih dengan barisan pemain muda haus darah membuat Madrid tampak seperti proyek jangka panjang yang sudah matang sejak dini.
Skor 1–0 memang tipis, tapi jangan tertipu angka. Real Madrid sedang dalam performa ganas, efisien, dan mematikan. Juventus? Mereka selamat malam ini, tapi jika bermain seperti ini lagi, mungkin pertandingan berikutnya tidak akan sebaik ini.
Setelah peluit akhir berbunyi, wajah para pemain Juventus menceritakan segalanya. Bukan hanya kekalahan, tapi juga rasa lega, lega karena bencana yang lebih besar tidak datang. Sementara para pemain Madrid berjalan ke ruang ganti dengan ekspresi dingin, seperti pemburu yang tahu buruannya masih banyak di depan.
Championship League 2025 baru memasuki awal fase, tapi satu hal jelas: Real Madrid bukan hanya unggul di skor, mereka unggul di segalanya taktik, intensitas, dan mentalitas. Juventus, di sisi lain, mungkin perlu lebih dari sekadar keberuntungan jika ingin bertahan di level ini.
Karena di malam seperti ini, keberanian menahan serangan pun terasa seperti bentuk penderitaan yang elegan.