Arteta dikenal mahir dalam mengembangkan pemain muda serta membangun tim yang solid secara taktik. Pendekatannya yang lebih pragmatis juga menjadi nilai tambah — sesuatu yang sering kali menjadi kekurangan Guardiola yang cenderung terlalu idealis.
Jika City menginginkan kontinuitas dan stabilitas, Arteta bisa menjadi pilihan paling realistis untuk membawa klub tetap berada di jalur kemenangan.
3. Vincent Kompany (Bayern Munchen)
Nama Vincent Kompany membawa nilai emosional tersendiri bagi para pendukung Manchester City. Mantan kapten legendaris yang membawa City meraih banyak gelar itu kini sukses berkarier sebagai pelatih di Bayern Munchen .
Baca Juga:Tyronne del Pino Samai Gustavo Almeida di Daftar Top Skor Liga 1, Persib Makin Dekat ke Gelar JuaraPersebaya Siap Bangkit Usai Ditaklukkan Persija, Eduardo Perez: Kami Sudah Belajar dari Kesalahan!
Meski sempat diragukan, Kompany mampu membungkam kritik dengan membawa Bayern tampil konsisten di puncak Bundesliga dengan 33 poin, unggul empat angka dari Leverkusen. Selain itu, Bayern juga berada di posisi ke-10 fase liga Liga Champions dengan 12 poin — catatan impresif bagi pelatih muda berusia 39 tahun.
Kepemimpinan alami, pemahaman mendalam terhadap kultur City, dan gaya permainan progresif menjadikan Kompany pilihan sentimental sekaligus strategi bagi manajemen klub.
Dengan performa yang semakin menurun dan tekanan publik yang meningkat, masa depan Pep Guardiola tampaknya bergantung pada hasil dalam beberapa laga ke depan. Manchester City kini menghadapi dilema besar: bertahan dengan sang maestro yang telah memberi banyak gelar, atau memulai era baru bersama sosok penerus yang lebih segar.
Jika perubahan memang diperlukan, Xabi Alonso, Mikel Arteta, dan Vincent Kompany adalah tiga sosok yang tidak hanya layak, namun juga memiliki filosofi yang mampu menjaga semangat sepak bola modern City tetap hidup.
