3. Nilai selain performa
Gaji besar tidak selalu hanya berdasarkan performa terakhir. Reputasi pemain, potensi komersial, status internasional, dan “brand” mereka juga sangat memengaruhi angka akhir. Grealish misalnya, tetap menerima paket besar meskipun menghadapi kritik.
4. Kesinambungan investasi klub
Klub besar tampak semakin terbiasa dengan komitmen gaji tinggi sebagai bagian dari strategi jangka panjang. Membayar mahal di awal dianggap sebagai investasi untuk dominasi, bukan sekadar pengeluaran.
5. Benchmark untuk pemain Inggris lainnya
Kelima pemain ini menetapkan “benchmark” baru untuk pemain Inggris baik yang bermain di Inggris maupun di luar, tentang apa yang bisa diperoleh jika berada di level atas. Hal ini bisa berdampak pada negosiasi kontrak para pemain lainnya.
Kesimpulan
Baca Juga:Klasemen Terbaru Liga Inggris Setelah Manchester City Menang Atas Liverpool 3-0Pertarungan Puncak Etihad: Prediksi Laga Panas Manchester City vs Liverpool dalam Perebutan Tahta Liga Inggris
Pada 2025, dunia sepak bola Inggris (dan global) menyaksikan era di mana pemain bisa mendapatkan ratusan ribu pound mingguan, itu setara jutaan per tahun. Dari Ivan Toney yang “berteriak” di puncak dengan gaji terbesar, hingga Jude Bellingham yang muda tapi digaji seperti bintang besar, semuanya menunjukkan perubahan besar dalam dinamika uang dan nilai pemain.
Bagi penggemar sepak bola Indonesia, fenomena ini mengingatkan bahwa di level club elite, uang berbicara sangat keras, namun tentu saja yang tetap penting adalah performa, konsistensi, dan nilai yang dibawa ke tim.
