Taman Wisata Tenjolaut Terus Perkuat Kemitraan Ekowisata – Video

Taman Wisata Tenjolaut Terus Perkuat Kemitraan Ekowisata
0 Komentar

Taman Wisata Tenjolaut di Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, terus mengembangkan model pengelolaan berbasis kemitraan. Dari kawasan yang dulunya dibabad untuk pertanian, kini menjadi ruang ekowisata yang memberi peluang baru bagi warga melalui pendampingan dan unit-usaha berbasis alam.

Di bawah teduhnya Hutan Pinus Tenjolaut, jejak peralihan kawasan terlihat jelas. Setelah status lahan berubah menjadi Taman Nasional pada 2004, warga tak lagi dapat menanam sayur di antara pohon pinus. Namun, transisi itu tak dibiarkan menjadi kehilangan, melainkan dibuka sebagai kesempatan baru.

Pada 16 Agustus 2016, Tenjolaut resmi dikelola sebagai destinasi wisata alam. Dari sebuah “babad alas” tanpa dasar ilmu pengetahuan tentang pariwisata, kini daerah ini tumbuh menjadi kawasan ekowisata dengan pola kemitraan.

Baca Juga:Dedi Mulyadi Lepas Ekspor Perdana Sepatu Di Kiem – VideoWaspada Penyakit Batuk Pilek Dan Leptospirosis Di Musim Hujan – Video

Model pengelolaan diawali dari kerja sama Taman Nasional dengan kelompok setempat untuk mengelola 18 hektare kawasan. Selanjutnya, kelompok ini menjelma menjadi koperasi dan menggandeng berbagai mitra, mulai dari Glamping Tenjo Laut, Prosoft Café, hingga Namiena Forest yang dikelola warga.

Kebijakan tiket masuk saat ini menyesuaikan aturan Kepres. Weekend dibanderol 25 ribu rupiah, sementara weekday 20 ribu rupiah. Sebanyak 60 persen dari setiap tiket disetorkan ke PNBP.

Di tengah batasan konservasi, fasilitas di Tenjo Laut tetap disediakan sewajarnya. MCK, wahana, dan area rekreasi dihadirkan tanpa melanggar aturan pembangunan di kawasan Hutan Nasional.

Di antara mitra yang tumbuh, Namiena Forest menjadi salah satu unit usaha yang paling banyak diminati. Fokusnya pada aktivitas alam realistis, gathering, hingga wahana outdoor seperti flying fox dan papan goyang.

Aryanto, Pengelola Namiena Forest, telah mengantongi sertifikat BNSP untuk panduan kegiatan luar ruang. Unit ini buka 24 jam, dengan tarif wahana 20 ribu rupiah.

Untuk camping, tenda kapasitas empat orang disewakan 250 ribu rupiah, sudah termasuk bantal dan selimut. Makanan dihargai 5 sampai 25 ribu rupiah, sementara paket prasmanan berkisar 20 sampai 45 ribu rupiah.

Pengunjung tak hanya datang dari Kuningan, namun juga dari daerah lain. Pemasaran dilakukan melalui media sosial dan jaringan warga.

Baca Juga:Upaya Mengatasi Permasalahan Di Kecamatan Kejaksan – VideoRencana Pensiun Dini PLTU Cirebon 1 – Video

Dari kawasan pinus ini, Tenjo Laut menjalin kemitraan untuk merawat hutan sekaligus menggerakkan ekonomi warganya. Sebuah upaya yang berdiri di atas konservasi, kolaborasi, dan harapan untuk masa depan wisata alam Kuningan.

0 Komentar