Bisakah Timur Kapadze Jadi ‘Anatoli Polosin Baru’ untuk Timnas Indonesia?

Timur Kapadze
Dua Faktor yang Bikin Timur Kapadze Dinilai Paling Tepat untuk Timnas Indonesia. Foto: IG (@timurkapadze18)
0 Komentar

RADARCIREBON.TV – Anatoli Polosin, pelatih legendaris asal Rusia, hingga saat ini masih dianggap sebagai salah satu juru taktik asing terbaik yang pernah menukangi Tim Nasional Indonesia. Warisan terbesarnya adalah dua medali emas SEA Games yang ia sumbangkan pada tahun 1987 dan puncak kejayaannya pada 1991. Keberhasilan Polosin bukan hanya soal trofi, melainkan kemampuan drastisnya mengubah kultur, mentalitas, dan fondasi fisik skuad Garuda. Standar tinggi yang ia tetapkan, ditandai dengan pendekatan ala Eropa Timur yang keras dan metode latihan fisik ekstrem, berhasil mengangkat level permainan pesepakbola nasional, membuat Polosin menjadi tolok ukur abadi bagi setiap pelatih asing yang datang setelahnya.

Kini, di tengah hangatnya spekulasi mengenai pelatih baru Timnas Indonesia, nama Timur Kapadze muncul ke permukaan. Kapadze, yang dikenal sebagai pelatih bertangan dingin asal Uzbekistan dengan rekam jejak mentereng di level klub dan tim nasional usia muda, otomatis dihadapkan pada satu pertanyaan besar: mampukah ia meniru, atau bahkan mendekati, dampak transformatif yang ditinggalkan Polosin pada masa lalu?

Filosofi kepelatihan Anatoli Polosin sangat menekankan pada kekuatan fisik, sebuah pendekatan yang berbanding terbalik dengan gaya sepak bola atraktif yang populer di era sebelumnya. Polosin berkeyakinan bahwa kelemahan utama pemain Indonesia adalah stamina yang hanya cukup untuk bermain baik di babak pertama, lalu menurun drastis di babak kedua. Dalam persiapannya menuju SEA Games 1991, Polosin memberlakukan program pemusatan latihan yang brutal selama tiga bulan. Para pemain seperti Raymond Hattu dan kolega digembleng tanpa ampun, dipaksa melampaui batas kemampuan fisik mereka saat itu. Cerita tentang pemain yang muntah, tumbang, bahkan ada yang memilih kabur dari pemusatan latihan, menjadi saksi betapa kerasnya rezim Polosin.

Baca Juga:Derbi Gengsi Pekan 13! Jadwal Lengkap LaLiga 2025/2026 Eksklusif di VidioTiket Terakhir ke Piala Dunia 2026! Ini Format Playoff 6 Tim ala FIFA

Namun, ketegasan ala Polosin membuahkan hasil signifikan. Standar VO2Max para pemain Indonesia ditargetkan setara dengan pemain-pemain Eropa. Mereka diwajibkan menyelesaikan lari empat kilometer hanya dalam waktu 15 menit, sebuah tolok ukur yang revolusioner di sepak bola Indonesia kala itu. Peningkatan daya tahan ini terbukti menjadi kunci sukses saat bertanding di Manila. Polosin bahkan tetap mempertahankan intensitas latihan tinggi meski hasil uji coba, seperti di Presiden Cup Seoul, berakhir memalukan dengan rentetan kekalahan dan kebobolan belasan gol. Baginya, hasil uji coba tidak penting, yang utama adalah fisik pemain sudah mencapai puncak performa menjelang turnamen sesungguhnya. Keyakinan inilah yang kemudian berujung pada medali emas bersejarah.

0 Komentar