RADARCIREBON.TV – Timnas Indonesia U-22 kembali mendapatkan pelajaran penting usai menjalani laga uji coba melawan Mali U-22. Pertandingan yang berlangsung ketat itu memberi gambaran jelas bagi pelatih Indra Sjafri mengenai perkembangan tim, terutama keseimbangan antara lini serang dan pertahanan. Meski dua gol dari Mauro Zijlstra dan Rafael Struick menunjukkan progres positif, ada beberapa aspek yang langsung menjadi perhatian serius tim pelatih.
Indra Sjafri dalam evaluasinya menekankan bahwa sektor ofensif Indonesia sudah mulai menemukan ritme. Ia memuji pergerakan Struick dan Mauro yang dinilainya semakin klop dalam transisi menyerang. Kombinasi mereka terlihat lebih hidup, dengan pressing yang lebih terstruktur dan kecepatan dalam membangun serangan balik. Menurutnya, dua penyerang itu kini mulai memahami karakter permainan satu sama lain, sehingga aliran bola di area final third lebih efektif.
Dari sisi kreativitas, Indra juga menyoroti peran gelandang sayap dan pemain tengah yang mulai mampu memaksimalkan ruang. Ia menyebut pola serangan tim sudah mengarah pada skema ideal untuk SEA Games 2025. Hal ini menjadi modal berharga mengingat jadwal turnamen yang padat akan menuntut efektivitas tinggi setiap kali mendapat peluang.
Baca Juga:Jadwal Lengkap BRI Super League Pekan ke-13: Catat Tanggalnya, Deretan Laga Panas Siap Meledak!Hasil Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Eropa Tadi Malam: Begini Nasib Jerman dan Belanda!
Namun, berbeda dengan lini depan yang berkembang positif, penjaga gawang dan barisan bertahan mendapat evaluasi cukup tajam. Indra mengakui bahwa kebobolan lewat serangan cepat Mali bukan kejutan baru, karena masalah serupa sudah muncul pada uji coba sebelumnya. Menurutnya, koordinasi antarbek masih belum konsisten. Beberapa pemain terlalu mudah kehilangan posisi, terutama ketika menghadapi switching play dan umpan terobosan.
Selain itu, Indra juga menyoroti lemahnya transisi negatif, terutama dari sektor gelandang bertahan. Dalam beberapa momen, pemain Indonesia kurang cepat turun ketika kehilangan bola sehingga ruang di depan bek dibiarkan terbuka. Hal ini membuat Mali lebih mudah membangun momentum serangan.
Sementara itu, asisten pelatih Nova Arianto turut memberi penjelasan bahwa intensitas duel dan ketegasan dalam menjaga area masih harus ditingkatkan. Ia menilai para pemain muda masih cenderung gugup ketika menghadapi tekanan tinggi dari lawan.
