Pameran seni lukis yang digelar Paguyuban Pelukis Cirebon berubah menjadi kritik terbuka terhadap pemerintah. Para pelukis menyuarakan kekecewaan karena merasa dibiarkan berjuang sendiri tanpa perhatian, tanpa fasilitas, dan tanpa realisasi janji yang selama ini disampaikan oleh pemerintah terkait pembangunan dunia seni di Cirebon.
Di tengah kemeriahan pameran seni rupa di Cirebon, justru tersimpan rasa kecewa yang mendalam dari para pelukis lokal. Aksi melukis bersama dan performance art yang digelar Paguyuban Pelukis Cirebon bukan sekadar kegiatan seni, tetapi menjadi simbol ketidakpuasan terhadap pemerintah yang dinilai tidak peduli terhadap perkembangan seni di kota ini.
Aksi ini melibatkan sekitar 15 pelukis, mulai dari yang muda hingga senior. Bahkan sejumlah pengunjung ikut meramaikan kegiatan tersebut. Namun di balik karya warna-warni itu, tersimpan kritik tajam. Seniman mengaku selama ini kegiatan seni rupa di Cirebon hanya dijadikan pelengkap, bukan prioritas.
Baca Juga:Banjir Kepung Pemukiman Warga Di Dua Desa – VideoKBM Di SDN 2 Gunungsari Terpaksa Diliburkan Karena Banjir – Video
Kekecewaan semakin memuncak saat performance art ditutup dengan aksi teatrikal, sepasang sepatu dicelupkan ke cat hitam dan dilemparkan ke kanvas hingga terpental, simbol bahwa para pelukis merasa “ditendang” dari perhatian pemerintah.
Seniman mempertanyakan dana APBN yang seharusnya digunakan untuk pengembangan seni rupa. Mereka meminta kepada pemerintah membuka ruang dialog, dan juga menegaskan bahwa program kesenian seharusnya dibangun berdasarkan kebutuhan pelukis, bukan semata rancangan sepihak pemerintah.
Melalui aksi teatrikal ini, Paguyuban Pelukis Cirebon berharap pemerintah tidak lagi sekadar berbicara manis tanpa realisasi. Mereka menegaskan bahwa seni bukan pelengkap acara melainkan aset budaya yang seharusnya dijaga dan didukung sepenuhnya.