RADARCIREBON.TV – Di penghujung tahun 2025, langit kembali menyuguhkan pertunjukan alami yang spektakuler, yakni kemunculan Bulan Purnama terakhir, yang akrab disapa Cold Moon. Fenomena langit menawan ini bukan hanya sekadar fase purnama biasa, melainkan sebuah peristiwa dengan warisan budaya dan keunikan ilmiah yang patut disimak, menjadikannya penutup tahun yang epik bagi para pecinta astronomi dan pengamat langit malam.
Nama Cold Moon sendiri memiliki asal-usul yang mendalam, berakar dari tradisi suku-suku asli Amerika. Mereka menamai bulan purnama sesuai dengan ciri khas musim yang terjadi pada bulan tersebut. Karena Cold Moon selalu muncul bertepatan dengan datangnya musim dingin, di mana suhu udara menurun drastis dan malam terasa lebih panjang dan menusuk, nama ‘Cold Moon’ atau Bulan Dingin pun disematkan. Penamaan ini secara puitis menggambarkan kondisi alam saat itu, sebuah jembatan yang menghubungkan kita dengan cara nenek moyang kita memahami siklus alam semesta.
Menariknya, di samping nama resminya, Bulan Purnama Desember ini juga dikenal dengan sebutan lain yang tak kalah puitis. Ada yang menyebutnya ‘Long Night Moon’ atau Bulan Malam Panjang. Penyebutan ini sangat relevan karena kemunculannya terjadi pada salah satu periode malam terpanjang dalam setahun, yaitu menjelang atau berdekatan dengan titik balik Matahari musim dingin (winter solstice). Efeknya, bulan purnama ini akan terlihat melayang tinggi di angkasa, memberikan penerangan alami yang lebih lama dari biasanya.
Baca Juga:Alasan Utama Timur Kapadze Menolak Godaan Asing dan Kembali ke Klub UzbekistanMelebihi Ekspektasi: PSIM Yogyakarta Menggebrak Papan Atas Liga
Peristiwa Cold Moon 2025 ini juga menyimpan fakta menarik terkait pergerakan orbitnya. Ada kemungkinan, dalam beberapa tahun, fenomena ini dapat bertepatan dengan Bulan Purnama Perigee, atau yang sering disebut Supermoon. Jika hal itu terjadi, Cold Moon akan tampak jauh lebih besar dan lebih terang dari rata-rata bulan purnama normal, sebuah tontonan visual yang sangat langka. Walaupun untuk tahun 2025 kemungkinannya kecil, variasi pergerakan orbit bulan tetap membuatnya menjadi objek pengamatan yang dinamis.
Meski kemegahan Cold Moon dapat disaksikan dari mana saja tanpa bantuan alat, ia memiliki dampak minor yang patut dicatat. Seperti bulan purnama lainnya, Cold Moon akan memaksimalkan intensitas pasang surut air laut, fenomena yang sangat penting bagi navigasi dan ekosistem pesisir. Di samping itu, bagi mereka yang gemar mengamati hujan meteor, kehadiran cahaya Cold Moon yang terang benderang bisa menjadi tantangan. Cahaya terangnya berpotensi meredupkan atau bahkan menutupi penampakan meteor yang lebih redup, sehingga diperlukan waktu pengamatan yang strategis untuk memenangkan duel cahaya di langit malam. Singkatnya, Cold Moon 2025 akan menjadi momen indah sekaligus pengingat akan siklus alam semesta yang terus berjalan, menutup lembaran tahun dengan keanggunan cahayanya.
